Aksi Demo Meletus, Massa Datangi Istana Menuntut Presiden Membubarkan Parlemen pada 17 Oktober 1952

- 17 Oktober 2020, 08:47 WIB
Penjagaan Istana Negara di tahun 1952. (@gahetna)
Penjagaan Istana Negara di tahun 1952. (@gahetna) /

GALAMEDIA - Di berbagai belahan dunia, banyak peristiwa penting terjadi pada tanggal 17 Oktober, dari tahun ke tahun. Tak sedikit dari peristiwa itu menjadi catatan sejarah penting bagi perjalanan hidup manusia.

Di antaranya peristiwa lahirnya Prabowo Subianto dan aksi demo ke Istana Negara menuntut presiden membubarkan parlemen.

Berikut sejumlah peristiwa penting di tanggal 17 Oktober, yang dirangkum Galamedia dari wikipedia.org:

Baca Juga: Guru Sejarah Tewas Digorok Usai Tunjukkan Kartun Nabi Muhammad

1933
Albert Einstein yang sedang melarikan diri dari kejaran Jerman Nazi, pindah ke Amerika Serikat.

1947
Angkatan Udara Republik Indonesia melaksanakan Operasi Lintas Udara Pertama di Kalimantan.

1951
Letnan Jenderal TNI (Purn) H Prabowo Subianto Djojohadikusumo adalah seorang politisi, pengusaha, dan perwira tinggi militer Indonesia. Prabowo lahir di Jakarta pada, 17 Oktober 1951. Saat ini, ia berusia 68 tahun.

Prabowo sendiri memiliki banyak prestasi dalam jenjang karir militer hingga politik. Karir politiknya saat ini yaitu Menteri Pertahanan (Menhan) di Kabinet Indonesia Maju, Joko Widodo (Jokowi), untuk periode 2019 hingga 2024.

Prabowo merupakan anak dari Soemitro Djojohadikoesoemo dan Dora Marie Sigar. Ia besar dengan kemiliterannya. Ia juga saat ini masih menjabat sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra.

Baca Juga: China Bakal Prioritaskan Vaksin Covid-19 untuk Masyarakat ASEAN

1952
Peristiwa 17 Oktober di Jakarta merupakan meletusnya aksi demonstrasi di Ibu Kota tepat pada 17 Oktober 1952. Awalnya, pendemo mendatangi gedung parlemen untuk menyampaikan aspirasinya, namun kemudian mereka menuju Istana Presiden.

Adapun, tuntutan para pendemo yakni pembubaran parlemen dan mengganti dengan parlemen baru serta tuntutan segera dilaksanakan pemilihan umum.

Penyebab utama dari peristiwa ini adalah terlalu jauhnya campur tangan kaum politisi terhadap masalah intern Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).

Demonstrasi ini disebut-sebut direncanakan Markas Besar Angkatan Darat atas inisiatif Letnan Kolonel Sutoko dan Letnan Kolonel S Parman.

Baca Juga: Jadwal Acara TV, Sabtu 17 Oktober 2020 di Trans 7, Ada Atta dan Aurel Teman Tapi Cinta

Pelaksanaannya, diorganisasi oleh Kolonel dr Mustopo selaku Kepala Kedokteran Gigi Angkatan Darat dan Perwira Penghubung Presiden, serta Letnan Kolonel Kemal Idris selaku Komandan Garnisun Jakarta.

Seksi Intel Divisi Siliwangi mengerahkan demonstran dari luar Ibu kota dengan menggunakan kendaraan truk militer. Pada waktu itu, Pasukan Tank muncul di Lapangan Merdeka, dan beberapa pucuk meriam diarahkan ke Istana Presiden.

Peristiwa 17 Oktober 1952 ini diupayakan diselesaikan melalui pertemuan Rapat Collegial (Raco) tanggal 25 Februari 1955 yang melahirkan kesepakatan Piagam Keutuhan Angkatan Darat yang ditandatangani oleh 29 perwira senior Angkatan Darat.

Baca Juga: Jadwal Liga Inggris Akhir Pekan, EVERTON Vs LIVERPOOL Saatnya The Toffees Lanjutkan Tren Sempurna

1962
Prof Mr Mohammad Yamin, S.H merupakan sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, serta ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia.

Ia lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatra Barat, pada 24 Agustus 1903 dan meninggal di Jakarta pada, 17 Oktober 1962 di usia 59 tahun.

Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.

1968
Sersan Dua Usman Jannatin dan Kopral Dua Harun Tohir merupakan prajurit Korps Komando Operasi Angkatan Laut (KKO-AL) yang kini disebut Korps Marinir. Keduanya gugur setelah dihukum gantung oleh pemerintah Singapura, pada 17 Oktober 1968.

Usman dan Harun ditangkap di perairan Singapura pada saat terjadinya konfrontasi dengan Malaysia. Keduanya dituduh meletakkan bom di wilayah pusat kota Singapura yang pada pada 10 Maret 1965.

Baca Juga: Jakarta Mulai Terendam, Banjir Sudah Dekati Kantor Wali Kota

Sementara seorang anggota KKO lainnya yang ikut tugas negara yakni Gani Bin Arup berhasil melarikan diri dari Singapura dan pulang ke Indonesia dengan selamat.

Usman dan Harun kemudian dibawa ke Indonesia setelah dinyatakan meninggal dunia. Keduanya dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Nama keduanya abadi menjadi nama jalan, kapal, hingga sebuah Masjid di Cilandak.

1970
Jenderal Besar Mohammed Anwar Al Sadat merupakan seorang tentara dan politikus Mesir. Ia terpilih menjabat sebagai Presiden ketiga Mesir pada periode 15 Oktober 1970 hingga terbunuhnya pada 6 Oktober 1981.

Oleh dunia Barat, Anwar Sadat dianggap sebagai orang yang sangat berpengaruh di Mesir dan di Timur Tengah dalam sejarah modern.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x