GALAMEDIA - Media asing Al Jazeera ikut menyoroti penggunaan vaksin Sinovac di Indonesia di tengah ancaman Covid-19 varian Omicron.
Seperti diketahui penggunaan vaksin asal China, Sinovac di Indonesia juga sempat menuai keraguan beberapa negara di dunia soal keampuhannya melawan Covid-19.
Kini, Al Jazeera kembali merilis laporan terbarunya soal hal tersebut, terlebih di tengah gelombang ketiga Covid-19 yang melanda Indonesia.
Baca Juga: Inalillahi, Guru SDN di Sadang Serang Bandung Tewas Ditusuk Mantan Suaminya Depan Gerbang Sekolah
Disebutkan bahwa pada Jumat, 4 Februari 2022 yang lalu Indonesia mencatatkan kasus baru sebanyak 32.211 yang terus meningkat sejak Agustus 2021.
Keraguan soal penggunaan vaksin Sinovac yang mayoritas digunakan di Indonesia tidak terlepas dari beberapa studi terkait hal tersebut.
Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh University of Hong Kong dan Chinese of Hong Kong pada Desember 2021 yang mengungkap bahwa dua dosis vaksin Sinovac tak menghasilkan antibodi yang cukup untuk melawan Omicron.
Studi yang sama juga mengungkap bahwa Omicron secara signifikan mengurangi efektivitas vaksin Pfizer.
Baca Juga: Susul Kakaknya, Winona Willy bagikan Kabar Kehamilan Pertamanya, Nikita Willy: Best News Ever!
Meski begitu, penelitian tersebut menemukan kemungkinan bahwa booster dengan Pfizer lebih efektif daripada Sinovac.
Selain itu, studi lain yang dilakukan National Natural Science Foundation of China yang terbit dalam jurnal "Emerging Microbes & Infections" juga mengungkap hal yang sama.
“Secara keseluruhan, penelitian kami menunjukkan bahwa Omicron mungkin lebih mungkin lolos dari perlindungan kekebalan yang diinduksi vaksin dibandingkan dengan prototipe dan varian lain yang menjadi perhatian,” demikian kesimpulan peneliti dalam jurnal tersebut dikutip Galamedia Senin, 7 Februari 2022.
Baca Juga: Hasil Tes PCR Berbeda, Persebaya Minta Evaluasi Tes PCR Liga 1 2021
Sementara itu, sebuah studi oleh Universitas Yale dan Kementerian Kesehatan Republik Dominika yang diterbitkan pada Januari 2022 di jurnal Nature Medicine menunjukkan tidak ada antibodi penetral di antara mereka yang menerima dua suntikan Sinovac.
Keraguan soal penggunaan vaksin Sinovac juga kian diperparah dengan kebijakan China yang kembali melakukan penguncian alias lockdown karena lonjakan kasus.