Stafsus Presiden Klaim Indonesia Belum Resesi Ekonomi dan akan Bangkit

- 10 Agustus 2020, 11:52 WIB
Negara Indonesia terancam mengalami resesi ekonomi. Untuk menanggulanginya, berbagai pihak harus mau bersama bahu membahu menanggulanginya.
Negara Indonesia terancam mengalami resesi ekonomi. Untuk menanggulanginya, berbagai pihak harus mau bersama bahu membahu menanggulanginya. /

GALAMEDIA - Indonesia belum mengalami resesi meskipun laju ekonomi domestik di kuartal II (April-Juni) 2020 terkontraksi ke minus 5,37 persen secara tahunan (year on year/y-o-y).

Hal itu karena sesuai konsesus global, resesi ekonomi adalah laju ekonomi negatif secara dua kuartal berturut-turut dalam perhitungan tahunan (y-o-y), bukan secara kuartal (q-t-q).

Sementara laju ekonomi Indonesia secara tahunan (y-o-y) baru terjadi kontraksi di kuartal II 2020. Adapun di kuartal I 2020, ekonomi Indonesia masih bertumbuh di zona positif yakni 2,97 persen (y-o-y).

Baca Juga: Gunung Sinabung Kembali Meletus, Warga Dilarang Beraktifitas di Radius 3 Km

“Jika sebuah negara mengalami pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut dihitung secara kuartalan (q-t-q), bukan secara tahunan (y-o-y), maka itu belum bisa disebut mengalami resesi,” ujar Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi Arif Budimanta seperti dikutip galamedianews dari Antara, Senin 10 Agustus 2020.

Arif mengatakan Indonesia masih berpeluang lolos dari ancaman resesi ekonomi. Yaitu jika pada kuartal III 2020, laju ekonomi domestik bisa kembali bergerak ke zona positif, seperti yang terjadi di kuartal I 2020.

“Indonesia masih bisa menghindari resesi jika pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal III ini secara tahunan (y-o-y) dapat mencapai nilai positif,” jelasnya.

Baca Juga: Dari Bola Tertua Hingga Celana Dalam Besi 500 Tahun, Ini Koleksi Terbaik Museum di Berbagai Negara

Menurut Arif, laju ekonomi negatif pada kuartal II 2020 telah diprediksi sebelumnya sebagai konsekuensi dari adanya pandemi COVID-19, yang menyebabkan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Di kuartal III, Arif meyakini, Indonesia berpeluang membawa laju Produk Domestik Bruto (PDB) ke level positif setelah bergeraknya lagi aktivitas perekonomian dengan protokol adaptasi kebiasaan baru.

“Pertumbuhan negatif atau kontraksi ekonomi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, hampir seluruh negara mengalami hal serupa bahkan dengan kontraksi yang lebih tajam seperti yang terjadi di Uni Eropa dengan -14,4 persen, Singapura -12,6 persen, Amerika Serikat -9,5 persen, Malaysia -8,4 persen,” ungkapnya.***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x