Di Belanda, dirinya memiliki dan mengembangkan akademi sepak bola dengan nama Simon Tahamata Soccer Academy (STSA), berisikan pemain berbakat dengan karakter sulit dan/atau memiliki latar belakang budaya dengan rentan usia di antara 8 sampai 14 tahun.
Berkonsep dengan ditawarkan rencana pengembangam individu, sehingga menghasilkan pemain yang berkualitas.
Melihat keriuhan yang menggema dari ribuan fans Ajax Amsterdam dan namanya kembali dielu-elukan membuat seorang Tahamata tak henti-hentinya menatap kepada penggemarnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Kepiawaiannya dalam mengolah si kulit bundar membuat para pemain Indonesia dan orang Indonesia bangga dengan sosoknya yang menjadi legendaris di klub sebesar Ajax Amsterdam.
Indonesia selalu tidak kekurangan orang-orang yang memiliki talenta berbakat seperti Tahamata. Kedepannya akan hadir legenda-legenda baru bermunculan dan mengharumkan merah putih di kancah internasional. ***