Gunung Tangkuban Parahu, Primadona Wisata Alam di Lembang, Benarkah Buatan Sangkuriang?

- 8 Juli 2023, 08:37 WIB
/

GALAMEDIANEWS - Sejak tahun 1920-an Gunung Tangkuban Parahu sudah menjadi primadona pariwisata di Kawasan Bandung.  Bahkan hingga hari ini pesona Gunung Tangkuban Parahu, masih menjadikannya primadona wisata alam di Lembang, Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat.

Tangkuban Parahu menjadi gunung yang unik karena berbentuk memanjang seperti perahu terbalik. Terletak di utara kota Bandung dengan jarak sekira 20km dari pusat kota, keberadaan Gunung Tangkuban Parahu menjadi penanda batas wilayah Kabupaten Bandung dan Subang.

Gunung legenda masyarakat sunda ini terbilang unik karena bentuk morfologinya simetris dari arah barat ke timur, tidak mengerucut seperti bentuk gunung pada umumnya. Gunung Tangkuban Parahu juga memiliki beberapa kawah yang masih aktif di dalamnya.

Keeksotisan inilah yang membuat para pengunjung berdecak kagum saat melihatnya, dan menjadi salah satu objek wisata alam di Lembang yang masih jadi primadona.

Legenda sangkuriang menjadi sebuah cerita rakyat turun temurun yang dipercaya mempunyai nilai sakral dan magis. Benarkah Tangkuban Parahu adalah saksi kemarahan Sangkuriang ketika merasa dikhianati oleh Dayang Sumbi, yang ternyata adalah ibu kandungnya sendiri?

Budi Brahmantyo dan T.Bachtiar menulis dalam bukunya “Wisata Bumi, Cekungan Bandung” bahwa terdapat benang merah antara sasakala (cerita rakyat) Sangkuriang dengan temuan para ahli geologi yang meneliti keberadaan Gunung Tangkuban Parahu selama bertahun-tahun lamanya.

Baca Juga: Keren Banget! 5 Tempat Wisata Pantai Hits dan Instagramable di Semarang yang Wajib Dikunjungi untuk Healing

Gunung Tangkuban Parahu Berdasarkan Penelitian Ilmuwan dan Pakar Geologi

Secara geologis, Gunung Tangkuban Parahu bertipe gunung api strato-composite, yaitu gunung api berlapis-lapis antara lava dan bahan-bahan produk letusan. Idealnya gunung tipe ini berbentuk kerucut.

Akan tetapi, berkaitan dengan banyaknya lubang kepundan (kawah tempat keluarnya magma atau gas) pada gunung Tangkuban Parahu yang berderet dari arah barat ke timur, menjadikannya tidak berbentuk kerucut.

Rupanya deretan kawah-kawah memanjang inilah yang memangkas kerucut Gunung Tangkuban Parahu pada setiap kali kawah-kawah itu mengalami erupsi.

Pada 105ribu tahun yang lalu, Gunung Sunda (gunung api purba) meletus dengan dahsyat. Akibat letusan ini, berjuta-juta meter kubik material termuntahkan dari dalam bumi. Dari kaldera Gunung Sunda inilah lahir Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang dan Bukit Tunggul.

Kronologi Sasakala Sangkuriang

Bila diadakan reinterpretasi terhadap sasakala Sangkuriang, sesungguhnya cerita yang diyakini oleh masyarakat sunda buhun sebagai sebuah kebenaran, sebenarnya sudah memberikan tanda-tanda atau proses geologi terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu secara ilmiah.

Menurut cerita pada sasakala, ketika Sangkuriang menebang pohon Lametang, untuk dijadikan perahu olehnya. Pohon raksasa itu kemudian roboh ke arah barat, tunggulnya membentuk Bukit Tunggul dan rangrangan (bahasa sunda; sisa dahan, ranting dan daun) membentuk Gunung Burangrang.

Baca Juga: 7 Tempat Wisata Gratis di Purwakarta, Cocok untuk Habiskan Waktu Libur Sekolah

Ditafsirkan, kedua kerucut gunung yang terbentuk itu adalah gunung api parasiter dari gunung api yang lebih besar, yaitu Gunung Sunda.

Setelah pohon besar itu ditebang (asumsi; setelah gunung api parasiter terbentuk) Sangkuriang membendung sungai agar tergenang menjadi danau, sesuai permintaan Dayang Sumbi yang sengaja diajukan sebagai syarat untuk memperberat usaha Sangkuriang menikahi dirinya.

Sementara Sangkuriang mengerjakan pembuatan perahu, air yang dibendung dari sungai itu mulai ngamprah (bahasa sunda; tergenang). Dapat diasumsikan pula, bahwa bendungan yang dimaksud adalah danau purba yang terjadi sebelum Gunung Tangkuban Parahu terbentuk.

Melihat kegigihan Sangkuriang menyelesaikan syarat yang diajukan Dayang Sumbi dalam waktu semalam hampir selesai, Dayang Sumbi kembali bersiasat dengan mengibar-ngibarkan  selendang mayang di ufuk timur sambil berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

Usaha Dayang Sumbi ternyata direstui olehNya. Kelebatan selendang itu menyemburat seperti fajar yang menyingsing. Sangkuriang yang merasa gagal melaksanakan persyaratan itu kemudian marah dan menendang perahu buatannya hingga terlontar jauh ke arah utara dan jatuh dalam posisi nangkub (Bahasa sunda; telungkup).

Baca Juga: Enak Banget! 5 Tempat Wisata Kuliner Legendaris di Bogor yang Paling Digemari, Sudah Ada Sejak Puluhan Tahun

Perahu itulah yang dikisahkan menjadi Gunung Tangkuban Parahu. Kisah yang membalut sasakala Sangkuriang tidak saja memberi toponim pada beberapa bentukan bumi yang terdapat di Bandung utara. Melainkan juga di kawasan Citatah Padalarang, Bandung barat, antara lain  wilayah Ngamprah.*** 

Editor: Lina Lutan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah