Ujian Semester: Sebuah Refleksi Holistik bagi Mahasiswa

19 Desember 2023, 17:17 WIB
Ujian Semester: Sebuah Refleksi Holistik bagi Mahasiswa./Citizen Journalism /

PEKAN Ujian Semester bagi para mahasiswa tak sekadar mencerminkan penilaian akademis. Di balik kerumitan kurikulum dan tekanan jadwal, saat seperti ini juga mencerminkan aspek yang lebih dalam. Dalam kehidupan mahasiswa secara holistik dapat kita telaah dari aspek fisik, emosional, mental, hingga dimensi religius.

Perspektif holistik ini menjadi landasan bagi pemahaman yang lebih mendalam terhadap makna ujian semester. Berikut ini tulisan teruntuk mahasiswa yang sedang menghadapi pekan ujian agar dapat melaluinya dengan lancar dan bahagia.

1. Dimensi Fisik: Keseimbangan Antara Kesehatan dan Tuntutan Akademis

Jadwal yang padat dan tekanan dalam persiapan ujian dapat memengaruhi kesehatan fisik mahasiswa. Keterbatasan waktu untuk istirahat, pola makan yang tak teratur, dan kurangnya aktivitas fisik dapat mengganggu keseimbangan kesehatan. Masa mahasiswa memang masa yang riskan terhadap kesehatan. Karena sebagian besar adalah perantau yang hidup jauh dari pengawasan keluarga.

Keadaan ini juga berkaitan dengan umur di atas 17 tahun yang cenderung mencoba hal-hal baru. Pemahaman pentingnya menjaga fisik, termasuk tidur yang cukup, pola makan seimbang, serta olahraga, akan membantu menjaga kesehatan fisik selama periode ujian. Karena tentu kita pahami tingkat stres akan meningkat di saat adanya tekanan dan kondisi tubuh akan menurun rentan terhadap penyakit. Jika sudah jatuh sakit kita tentu tidak bisa mengikuti ujian dengan optimal walaupun pelajaran sudah dikuasai.

2. Dimensi Emosional: Menyikapi Stres dan Tekanan

Ujian Semester sering kali menjadi pemicu stres bagi mahasiswa. Kecemasan akan performa, tekanan deadline, dan ekspektasi yang tinggi dari diri sendiri maupun lingkungan bisa menjadi beban emosional yang berat. Selain tekanan akademik dan persaingan antar mahasiswa di kampus, transisi dan adaptasi di lingkungan yang baru juga berpengaruh emosi mahasiswa. Pergaulan semakin luas eksistensi diri pun semakin ingin ditonjolkan. Masalah pribadi dan sosial sering dialami mahasiswa, misalnya konflik keluarga, percintaan, persahabatan, identitas diri, orientasi seksual, agama, budaya ini dapat menimbulkan rasa sedih, marah bersalah, malu dan tidak bahagia.

Masa ini termasuk kategori young adult menurut Erikson dalam teori perkembangan manusia. Penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa merasa cemas adalah hal yang wajar, namun mengelola stres dengan baik melalui teknik relaksasi, seperti meditasi atau olahraga ringan, dapat membantu mengurangi tekanan emosional. Untuk menjaga emosional kita tetap berada di posisi yang seimbang, maka kita harus menjaganya.

Caranya berkaitan erat dengan kesehatan fisik diatas dengan menghindari hal-hal yang menyebabkan emosional menjadi terganggu. Misal menonton film yang menguras emosi, seperti membuat sedih, marah, kehilangan dan lain-lain akan mempengaruhi perasaan sehingga kontrol diri akan berkurang. Selain itu mengurangi penggunaan media soial yang berlebih, karena jika menggunakan diatas dua jam per hari artinya banyak waktu terbuang untuk hal yang tidak produktif.

3. Dimensi Mental: Kesiapan Kognitif dan Penyusunan Strategi Belajar

Masalah mental pada mahasiswa adalah hal yang cukup umum dan serius. Ada banyak faktor penyebabnya mulai dari akademik, lingkungan, pergaulan maupun kesehatan fisik. Masalah mental ini akan berdampak ke unsur lainnya baik itu kesehatan fisik, emosional, prestasi belajar, hubungan sosial maupun religiusitas akan terguncang. Persiapan mental memainkan peran penting dalam menghadapi ujian.

Mahasiswa perlu memiliki strategi belajar yang efektif, seperti pembagian waktu yang baik, fokus pada materi yang paling penting, dan memahami gaya belajar individu. Selain itu, menjaga kebugaran mental dengan istirahat yang cukup, menerapkan teknik memori Mental memegang peranan penting di situasi seperti ini, terkadang malah menjadi overthingking jika situasi tidak dapat dikendalikan. Untuk itu perlu lebih sering berdiskusi dengan keluarga, rekan mahasiswa maupun dosen wali dapat memperkuat persiapan mental.

4. Dimensi Religius: Spiritualitas sebagai Sumber Kekuatan

Bagi beberapa mahasiswa, dimensi religius dan spiritualitas menjadi landasan dalam menghadapi ujian. Berdoa, merenung, atau terlibat dalam kegiatan keagamaan dapat memberikan ketenangan batin dan kekuatan spiritual yang membantu dalam menghadapi tantangan akademis. Religiusitas mahasiswa bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti latar belakang keluarga, lingkungan kampus, pergaulan teman, dan tantangan zaman.

Kekuatan pada dimensi ini memang terletak pada keyakinan (iman) karena sejatinya manusia memang porsinya adalah berusaha (ikhtiar) akan tetapi ada kekuatan yang lebih besar di luar dari manusia itu sendiri yaitu kekuatan sang pencipta. Poin dari dimensi religius ini ditemukan pada kemampuan seseorang dalam menghubungkan segala aktivitas yang dilakukan dengan sang pencipta (khaliq).

Lawannya dari istilah sekularisme yang memisahkan kehidupan sehari-hari dengan aktivitas ibadah. Misalnya aktivitas belajar, jika mahasiswa meyakini aktivitas belajar ini adalah ibadah yang diperintahkan oleh agama. Maka belajar tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan tetapi juga mendapatkan pahala. Begitu juga untuk setiap aktivitas yang lainnya.

Dimensi spiritualitas ini tidak hanya memberikan kekuatan bagi individu secara pribadi, tetapi juga dapat memainkan peran penting dalam mendukung suasana, lingkungan bahkan semesta.

Mengintegrasikan Aspek Fisik, Emosional, Mental, dan Religius

Ujian tidak sekadar sebuah evaluasi akademis; ia juga merupakan kesempatan bagi mahasiswa untuk merenungkan keseimbangan dalam kehidupan mereka. Dengan menjaga kesehatan tubuh, mengelola emosi, mempersiapkan diri secara mental, dan memperkuat dimensi religius, mahasiswa dapat menjalani ujian dengan lebih tenang dan terfokus.

Tak lupa dari sisi civitas akademik khususnya dosen, juga menyadari dan mendukung mahasiswa dalam memahami pentingnya keseimbangan holistik ini dalam menghadapi ujian. Hal ini merupakan langkah penting bagi peningkatan kesejahteraan mereka. Dengan demikian, diharapkan mahasiswa dapat menjalani ujian dengan lebih baik dan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung empat dimensi ini di kehidupan kampus. Hal ini akan membantu mahasiswa menghadapi tantangan dengan lebih besar dan meraih kesuksesan ketika mereka lulus kelak.

***

Penulis: Rahmadi, SE., M.Ak
Dosen Telkom University

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler