Pariwisata dan Kualitas Hidup

- 11 April 2022, 21:47 WIB
Foto penulis./dok.pribadi
Foto penulis./dok.pribadi /

GALAMEDIA - Dampak positif perkembangan pariwisata terhadap meningkatnya laju ekonomi secara perlahan mulai terasa.

Pada tahun 2022 ini pertumbuhan PDB pariwisata Indonesia diprediksi melebihi angka 4,2 persen Tahun 2021 lalu, yang secara ekonomi menunjukkan pariwisata telah mampu memberikan kontribusi yang tidak kecil.

Pariwisata sebagai industri kedua penyumbang terbesar devisa negara setelah kelapa sawit terbukti menjadi penggerak perekonomian terbesar Indonesia.

Pasalnya cakupan industri pariwisata cukup luas. Tidak berlebihan jika tahun ini pemerintah menargetkan devisa sektor pariwisata sebesar 246 miliar rupiah yang harus diimbangi dengan kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia sebanyak 20 juta wisatawan.

Terlebih sejak 8 Maret 2022 lalu tes antigen dan PCR tidak wajib bagi pelaku perjalanan yang sudah vaksin dosis 2 dan booster disinyalir menjadi alasan akan terjadinya revenge “mudik” besar-besaran.

Setelah 2 tahun kita tidak mudik, maka kangen luar biasa terhadap kampung halaman akan diwujudkan dalam bentuk balas dendam mudik tahun ini. Salah satu dampak positifnya adalah akan terjadi perputaran uang yang dahsyat di kampung, apalagi THR akan dicairkan pemerintah.

Baca Juga: WADUH! Omicron Punya Dua Saudara Baru, Lebih Menular atau Berbahaya?

Dampak ekonomi pariwisata telah diidentifikasi sebagai alat yang ampuh untuk pembangunan ekonomi. Ini dapat membantu daerah yang tertekan untuk merestrukturisasi dan mengurangi kemiskinan (Ana María Campón-Cerro, et.al).

Dengan bergeraknya perekonomian, tentu ada pendapatan untuk biaya hidup. Dalam kesejahteraan (lahiriah), tentu ada lapangan kerja, lapangan berusaha dan wahana kreatifitas.

Sebuah tantangan tersendiri untuk tidak hanya mengedepankan pengembangan pembangunan fisik destinasi pariwisata semata namun juga mengakomodasi kepentingan masyarakat lokal untuk lebih sejahtera.

Seringkali data meningkatnya jumlah kunjungan, penambahan lapangan kerja dan keterlibatan masyarakat digunakan untuk menyatakan bahwa pembangunan pariwisata telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

Baik untuk memenuhi kebutuhan material, rohani dan sosial. Meski kesejahteraan bukan melulu faktor ekonomi, tapi faktor ini menunjang kesejahteraan lainnya.

Pembangunan pariwisata sejatinya tidak hanya dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat namun hendaknya diselenggarakan dengan prinsip menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal, dan memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat.

Dengan kata lain, pariwisata dikembangkan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal, tidak saja terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga isu demokrasi, hak asasi manusia dan isu lain yang lebih luas. Tak dapat dipungkiri, hingga saat ini konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dianggap sebagai ‘resep’ pembangunan terbaik, termasuk pembangunan pariwisata.

Di antara manfaat pengembangan pariwisata yang dapat diperoleh suatu daerah, yang paling relevan mungkin adalah yang berkaitan dengan masalah ekonomi.

Ini termasuk pendapatan pajak yang lebih tinggi, peningkatan kesempatan kerja, pendapatan tambahan, peningkatan belanja publik, dan dalam beberapa kasus, pendapatan devisa dan peningkatan basis pajak pemerintah daerah berdasarkan peningkatan pendapatan.

Baca Juga: Gerbong Kereta Api Anjlok di Perlintasan Kadungora, Menutup Jalan Raya Bandung- Garut

Indikator-indikator ini biasanya diberi label sebagai “indikator kualitas hidup”, karena mewakili bagaimana dampak pariwisata berpindah ke manfaat penduduk.

Tingkat kualitas hidup masyarakat sangat penting untuk menjaga kesinambungan destinasi itu sendiri. Faktor keamanan misalnya, jika wisatawan dapat menikmati kenyamanan seperti yang diharapkan, maka pada waktu yang akan datang wisatawan akan berkunjung kembali.

Faktor keamanan sangat berhubungan dengan tingkat kualitas hidup masyarakat setempat. Masyarakat yang memiliki kualitas hidup baik akan memiliki tingkat kesejahteraan, tingkat pendidikan serta kesehatan yang lebih baik dibandingkan masyarakat yang kualitas hidupnya lebih rendah.

Kesejahteraan psikologis/ batin, tentunya berdampak terhadap kenyamanan, kebahagiaan. Kedua-duanya akan berdampak langsung pula terhadap sosial budaya (ketertiban, keamanan, kerukunan, dan seterusnya).

Masuk akal kiranya jika semua masyarakat punya kualitas hidup yang sudah baik maka tidak perlu marak pencurian, perampokan, pembegalan, bahkan konflik horisontal masyarakat, dan lain-lain.

Dengan kualitas hidup tersebut maka dapat diharapkan masyarakat menjadi lebih kreatif, yang diterjemahkan langsung kedalam kesejahteraan seluruh masyarakat. Pada bidang ekonomi, kualitas hidup diartikan sebagai standar kehidupan (standard of living), yang merupakan refleksi alami dari kenikmatan dan kepuasan pengalaman bahwa seseorang tinggal di tempat tertentu (Ragheb dan Tate).

Kualitas hidup masyarakat lokal diukur secara subjektif dan dikelompokkan dalam empat aspek yang meliputi aspek kehidupan material, aspek kehidupan sosial, aspek kehidupan pribadi, dan aspek kehidupan spiritual. Kualitas hidup dipahami sebagai konsep inklusif yang mencakup semua bidang kehidupan, yang digunakan sebagai basis analisis untuk memunculkan parameter-parameter aspek-aspek kualitas hidup.

Dengan demikian pengembangan destinasi pariwisata harus dipahami sebagai peningkatan jumlah wisatawan yang berkontribusi terhadap kinerja tujuan dan tingkat kualitas hidup masyarakat lokal sebagai kepuasan individu terhadap seluruh dimensi kehidupannya.

Semua ini tidak lepas dari dukungan nyata pemerintah yang berkeyakinan bahwa pariwisata yang dibangunnya akan berdampak positif bagi kualitas hidup masyarakat dengan mempercepat pertumbuhan perekonomian didaerahnya.

Penulis:
Yudhi Koesworodjati
- Dosen Tetap Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan
- Pemerhati pariwisata

DISCLAIMER: Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x