Film Djoeragan Jadi yang Pertama Didukung Teknologi Berbasis Blockchain Cryptocurrency

- 18 Desember 2021, 15:49 WIB
Jumpa pers Film Djoeragan, Jumat, 17 Desember 2021 malam./Rio Ryzki Batee/Galamedia
Jumpa pers Film Djoeragan, Jumat, 17 Desember 2021 malam./Rio Ryzki Batee/Galamedia /

GALAMEDIA - Film Djoeragan menjadi proyek fim pertama di Indonesia yang didukung oleh teknologi berbasis blockchain cryptocurrency.

Goldtrees (member Priyayi Group) mengalokasikan 5 miliar Goldtrees Coin untuk membantu industri kreatif tersebut.

Excecutive Producer Film Djoeragan yang juga CEO Priyayi Group, Tubagus Wijawa mengatakan, pihaknya berupaya membantu pengembangan industri kreatif di Indonesia, khususnya film dan diawali proyek film Djoeragan.

Menurutnya Goldtrees Coin sendiri, adalah token utilitas yang dibuat pada Waves Blockhain dengan menggabungkan Cryptocurrency Exchange (DEX) yang terdesentralisasi.

Dikatakannya bahwa Goldtrees Coin dibuat khusus untuk industri kreatif, di antaranya seni budaya dan pariwisata, music record label, tourism platform, painting gallery, termasuk industri film dengan brand Goldtrees Cinema.

Baca Juga: Singgung Fenomena 'No Viral No Justice' di Medsos, Kapolri Minta Seluruh Anggota Polri untuk Lakukan Hal Ini

Selain itu, koin ini pun nantinya bisa digunakan untuk sektor lain, seperti perhotelan, restoran, hingga transportasi yang sudah bergabung di Priyayi Group.

"Total supply Goldtrees Coin saat ini adalah sebanyak 65 miliar token, dengan penawaran harga awal senilai 1 dolar AS untuk setiap 1 Goldtrees (GDT). Kami mengalokasikan sebanyak Rp 5 miliar Goldtrees untuk membantu pengembangan Industri film di Indonesia," ungkapnya kepada wartawan di Kawasan Jalan Buah Batu, Kota Bandung, Jumat, 17 Desember 2021 malam.

Pihaknya berharap selain mengembangkan industri perfilman Tanah Air, dukungan Goldtrees terhadap proyek film Djoeragan juga dapat membuat masyarakat lebih mengenal mata uang kripto, khususnya goldtrees coin.

"Film Djoeragan ini menjadi film pertama di Indonesia yang didukung oleh teknologi cryptocurency. Dalam penayangannya nanti, selain di bioskop, kami juga manfaatkan platform digital," ujarnya.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta 18 Desember 2021: Al Berhasil Buka Brangkas Milik Hartawan, Isinya Mencengangkan

Pria yang akrab disapa TW tersebut, juga menyatakan bahwa pihaknya siap mendukung pengembangan industri kreatif di Tanah Air melalui teknologi mata uang digital tersebut. Tidak hanya Film Djoeragan, pihaknya pun siap mendukung banyak rumah produksi dalam menghasilkan karya-karyanya.

"Ini bisa sangat keren. Saya yakin ekosistem akan terbentuk dengan baik seiring perkembangan era digital," katanya.

Film Djoeragan sendiri menggambarkan kehidupan di Desa Cirungkad, Kecamatan Leuwi Peurih, sebuah kawasan di wilayah Bandung Baru yang menceritakan tentang kisah pertemanan lima orang juragan atau penguasa wilayah. Namun, hubungan baik di antara mereka rusak saat semuanya maju menjadi calon kepala desa (kades).

Semua intrik politik hingga suap untuk meraih suara pemilih akan diekspose dalam balutan genre komedi.

Sutradara dan penulis cerita film Djoeragan, Yusef Muldiyana menerangkan bahwa pihaknya mencoba memotret sisi gelap dalam perebutan kekuasaan yang penuh intrik itu.

"Intinya, film ini bercerita tentang lima juragan yang bersahabat. Setelah maju sebagai kandidat kades, mereka saling bertengkar, sementara rakyatnya mengaggap mereka menjadi badut. Ada sarkas yang menjadi bumbu," terangnya.

Baca Juga: Anies Baswedan Revisi UMK DKI Jakarta 2022 Jadi Rp4.641.854, Naik 5,1 Persen

Proses pembuatan film Djoeragan sendiri dijadwalkan dimulai pada Februari 2022 mendatang dan bakal tayang di jaringan bioskop seluruh Indonesia dan platform digital.

Adapun kandidat talent yang bakal berperan dalam film ini, di antaranya Kang Jamal Preman Pensiun, Joe P-Project, Budi Dalton, Masbon (IRK), Doel Sumbang, Jajang C Noer, Meisya Siregar, Adhisty Zara, hingga Doni Damara.

"Kami juga berencana mengajak pegiat seni peran, termasuk budayawan di Kota Bandung. Selain itu, akan ada casting terbuka yang jadwalnya segera diumumkan," ujarnya.

Sementara itu, Budayawan sekaligus akademisi, Budi Dalton berharap proyek film Djoeragan menjadi momentum untuk menghidupkan kembali julukan Bandung sebagai gudangnya industri kreatif, khususnya film.

Dikatakannya selama ini, Bandung dikenal masyarakat sebagai Kota Musik. Namun, pengakuan itu harus dibuktikan dengan keberadaan ekosistem yang terbangun untuk mendukung industrinya.

"Sekolah musiknya ada tidak? Artisnya ada tidak? Tempat ekspresinya ada tidak? dari musik sudah menghasilkan tidak buat PAD? Kalau iya, baru bisa disebut kota musik. Kenyataannya etalasenya tidak ada," terangnya.

Baca Juga: Pijar Kelas Hadirkan Belajar Mengajar Daring Secara Gratis 

"Begitu pula di dunia perfilman, pengakuan-pengakuan ini semuanya hanya dari mulut ke mulut, eksistingnya tidak pernah ada. Pemain film dan sutradara asal Bandung itu banyak, tapi tidak pernah ada sebuah fasilitas yang riil yang konkret dari Kota Bandung itu sendiri, bukan saya menyalahkan pemerintah, fasilitator itu artinya bisa siapa saja," jelasnya.

Dalton mengapresiasi semangat pembuat film Djoeragan yang akan mengajak pelaku perfilman senior di Bandung yang sudah tidak pernah terdengar namanya. Selain menjadi medium untuk membuat mereka eksis kembali, hal itu pun bisa menjadi pembuktian bahwa pelaku seni peran dan perfilman di Bandung masih bersemangat.

"Jadi ini salah satu peluang juga bagi pemain yang sudah tidak eksis untuk mereka bisa mengekpresikan lagi dan kita doakan mereka bermain lagi di produksi-produksi yang lain. Jadi saya menganggap di luar sebuah produk, juga akan menjadi sebuah etalase bagi para pelaku perfilman," tambahnya.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah