Waspadai Trigeminal Neuralgia! Penyakit Mengerikan Itu Bisa Membuat Orang Nekat Bunuh Diri

16 Oktober 2021, 09:30 WIB
Ilustrasi nyeri akibat trigeminal neuralgia. /

GALAMEDIA - Masyarakat diimbau untui mewaspadai penyakit trigeminal neuralgia. Ngeri, penyakit tersebut bisa membuat orang nekat bunuh diri.

Dokter spesial bedah saraf dr. Mustaqim Prasetya, Sp.BS FINPS mengingatkan soal trigeminal neuralgia.

Ia menjelaskan, trigeminal neuralgia adalah kondisi nyeri wajah sebelah pada daerah yang diatur oleh saraf trigeminal.

Penyakit ini memiliki tingkat kenyerian luar biasa bahkan mendorong efek psikologis pada pasien untuk bunuh diri.

Baca Juga: Peristiwa 16 Oktober: Anies-Sandiaga Pimpin DKI Jakarta Usai Kalahkan Ahok-Djarot di Pilkada 2017

“Banyak istilah lain untuk menggambarkan seberapa menderitanya para pasien yang mengalami sakit ini," ujar dokter dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) ini dalam dalam webinar yang digelar Klinik Utama dr. Indrajana, dikutip dari Antara, Sabtu, 16 Oktober 2021.

"Ada yang mengatakan dengan istilah the suicide disease, yaitu sakit yang luar biasa sehingga saking putus asanya beberapa pasien itu terlintas pikiran-pikiran negatif untuk mengakhiri hidupnya," lanjut Mustaqim.

"Pengalaman kami juga ada beberapa pasien yang sudah sempat melakukan percobaan bunuh diri," ungkapnya.

Nyeri bisa terjadi di antara hidung dan bibir, bibir atas dan bawah, dagu, pipi, gusi, dan dahi. Kualitas nyeri yang dialami pasien cukup beragam, mulai dari seperti tertusuk, tajam, tersengat listrik, keram, tegang, rasa terbakar.

Baca Juga: Indonesia ke Semifinal Thomas Cup 2020! Jojo Bikin Pemain Malaysia Angkat Koper

Kondisi tersebut juga menyebabkan pasien kesulitan bicara. Bahkan seorang pasien dokter Mustaqim mengatakan bahwa ketika rambutnya jatuh ke pipi juga menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.

“Banyak orang yang tidak mengerti dengan kondisinya, kenapa karena biasanya penderita trigeminal neuralgia secara fisik terlihat seperti sehat kecuali pada saat serangan. Bahkan, banyak orang yang mengatakan apa yang dirasakan pasien itu berlebih-lebihan,” terang dia.

Serangan nyeri umumnya berlangsung secara sering dalam waktu singkat (paroksismal), tiba-tiba, intens, dan sangat singkat (kurang dari 1 detik hingga 2 menit).

Jumlah serangan juga bervariasi, dari beberapa kali per hari hingga ratusan per hari.

Trigeminal neuralgia terjadi karena adanya sindrom neurovascular compression atau kondisi saat pembuluh darah menempel pada pangkal saraf trigeminal.

Baca Juga: Super Esports Series Season 1 Segera Dimulai, Nantikan Keseruan dan Kejutan yang Dihadirkan

Denyut pembuluh darah dapat menekan saraf sehingga menimbulkan nyeri.

Ada dua jenis trigeminal neuralgia. Pertama yang primer, yakni tekanan pembuluh darah pada saraf trigeminal atau disebut sindrom kompresi neurovaskular.

Kedua trigeminal sekunder yang bukan disebabkan kompresi pembuluh darah namun terdapat hal-hal lain yang memicunya, seperti tumor, kelainan pembuluh darah bawaan, perlengketan pascaperadangan di kepala, kasus pasca stroke sumbatan, dan kelainan autoimun.

Ia menegaskan tidak ada penyebab tunggal trigeminal neuralgia sebab beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembuluh darah pada dasarnya sudah menempel dengan saraf tetapi tidak menyebabkan nyeri wajah pada kebanyakan orang.

Baca Juga: INNALILLAHI, Belasan Anggota Pramuka di Ciamis Tenggelam di Sungai, 11 Siswa Ditemukan dalam Kondisi Meninggal

“Tidak ada faktor tunggal yang bisa disimpulkan, tetapi ada beberapa faktor yang saling mendukung terjadinya kelainan ini,” ujarnya.

Mustaqim menyebutkan tipikal personality seperti sangat sensitif, mudah khawatir, dan banyak pikiran, bahkan kondisi hipertensi dapat memicu penderita merasakan nyeri yang hebat karena secara otonom tekanan darah mudah meningkat.

Ia mengatakan angka kejadian trigeminal neuralgia meningkat pada usia 40 tahun ke atas. Seiring bertambahnya usia, dinding pembuluh darah mengalami pengerasan atau kekakuan sehingga tekanan tidak lagi elastis dan muncullah masalah kerusakan pada selaput saraf.

“Tetapi ada juga yang masih muda. Saya pernah bertemu dengan pasien usia 18 tahun dan 20 tahunan. Masalahnya bukan neurovascular, tapi hal yang sekunder misalnya penebalan tulang tengkorak bawaan atau autoimun,” tandasnya.***

Editor: Lucky M. Lukman

Tags

Terkini

Terpopuler