Napak Tilas Cai Kahirupan, upaya Masyarakat Sunda Menjaga Sumber Mata Air dari Buruan Pengusaha dan Penguasa

- 2 April 2021, 13:49 WIB
Ritus Napak Tilas Cai Kahirupan
Ritus Napak Tilas Cai Kahirupan /Kiki Kurnia

GALAMEDIA - Hujan lebat yang mengguyur kawasan situ Cileunca, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung tidak menyurutkan sejumlah orang untuk mengikuti Ritus Napak Tilas Cai Kahirupan, Kamis 1 - 2 April 2021.

Ritus yang digelar Masyarakat Seni Rakyat Indonesia (Masri) bersama Paguyuban Dulur-dulur Kasenian (Paduka) Pangalengan yang didukung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bandung berjalan khidmat dan damai.

Diawali pembacaan doa oleh Kuncen Situ Coleunca, Bah Kosim yanga perlindungan pada Yang Maha Kuasa (Allah) dengan doa-doa hang bersumber dari Alquran untuk keselamatan prosesi Napak Tilas Cai Kahirupan dan mengambil air situ Cileunca. Bah Kosim pun tak lupa meminta izin pada para sepuh dan pini sepuh setempat dan leluhur Situ Cileunca.

Baca Juga: Bu Nawang Pingsan dan Sakit Parah? Sinopsis dan Link Streaming Putri untuk Pangeran 2 April 2021

Ritus dipimpin Bah Nanu atau Mas Nanu Munajar (Masri) diiring kidung salamet oleh Bah Roni (Paduka). Hampir 45 menit ritus Napak Tilas Cai Kahirupan yang diakhir pengambilan air Situ Cileunca.

Ritus Napak Tilas Cai Kahirupan
Ritus Napak Tilas Cai Kahirupan Kiki Kurnia

Empat gadis cantik, begitu doa selesai langaung menuju bibir situ didampingi Bah Nanu dan Bah Kosim sebagai kuncen. Air situ Cileunca kemudian dimasukan ke dalam lodong (wadah air dari bambu) melalui a-angsretan. Setelah terasa cukup, air itu kemudian dibawa ke daerah Cisewu Garut.

Sebelumnya, Ritus Napak Tilas Cai Kehirupan ini diawali dengan prosesi yang hampir sama dilaksanakan di mata air Ciendog, Kota Bandung. Kemudian dilanjutkan ke mata air Sungai Citarum atau dikenal Cisanti KM 0  di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung

Di sini terdapat tiga sumber mata air yang berbeda, seperti mata air Citarum dan mata air Kahuripan. Pengambilan air pun sama dengan ritus yang sebelumnya diberi izin oleh kuncen setempat dan berlanjut ke Situ Culeuca dan berakhir di Pesisir Pantai Ranca Buaya, Garut.

Baca Juga: Soal Pernyataan Ngabalin, Rocky Gerung: Ngabalin Resah, Moeldoko Memang Mau Berhenti

Mas Nanu Munajar atau akrab dipanggil Bah Nanu, upacara ritus Napak Tilas Cai Kahuripan digelar di tujuh air, yang diawali dari Ciendog Kota Bandung, dilanjutkan ke Situ Cisanti KM. 0 Citarum Kecamatan Kertasari, kemudian dilanjutkan ke mata air di Situ Cileunca Pangalengan (Kab. Bandung).

"Lalu dilanjutkan ke Sungai Cipicung, mata air Cikangkung, mata air Datar Kadu, Balong Sirah, sungai Citalaga, sungai Rahong, dan berakhir di pantai Rancabuaya (Kab. Garut)," tambah Bah
Nanu, usai ritus pengambilan air.

Ritus Napak Tilas Cai Kahirupan
Ritus Napak Tilas Cai Kahirupan Kiki Kurnia

Ritus tersebut untuk memperingati Hari Air Sedunia (World Water Day) yang jatuh setiap tanggal 22 Maret. Ini sebagai tanda, bahwa masyarakat Sunda (Jawa Barat) sudah sejak nene moyang menjadikan air sebagai sumber kehidupan.

"Karena sudah menjadi sumber kehidupan, sudah layaknya kita lebih peduli sama air. Jangan sampai disemena-menakan, apalagi dikotori dengan sampah," katanya.

Baca Juga: Tragedi Kecelakaan Kereta Paling Mematikan dalam Beberapa Dekade di Taiwan, Korbannya hingga Ratusan

Bah Nanu pun mengingatkan semuanya, jika nenek moyang kita terdahulu sangat menghormati keberadaan sumber mata air. Pada setiap kesempatan selalu dilakukan ritus untuk kelestarian mata air agar tetap terjaga dengan biak.

"Nenek moyang kita sangat menghargai keberadaan air sebagai pemberian dari Allah. Oleh karena itu, nenek moyang kita selalu menjaga hutan di sekitar matar air dengan kearifan lokalnya. Bahkan sering dilakukan ritus sedekah bumi untuk menjaga keberadaan mata air dengan menggelar berbagai kesenian tradisional," katanya.

"Intinya, digelar kesenian tradisional ini untuk mengundang dan mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan menjaga keberadaan sumber mata air," tambahnya.

Saat ini keberadaan sumber mata air banyak diincar oleh para pengusaha, konglomerat dan penguasa. Jika jatuh ke tangan mereka, lanjut Bah Nanu, masyarakat tidak bisa lagi menikmati keberkahan alam pemberian Allah dan terpaksa harus gigit jari.

Baca Juga: Kecam Keras Aksi Teror, Ferdinand Hutahean: Teroris Tak Pantas di Surga!

"Jika ingin menikmati mata air dan airnya, masyarakat harus membelinya dengan harga selangit. Ini yang kita takutkan," katanya.

"Makanya ritus Napak Tilas Cai Kahirupan ini mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan mau menjaga sumber mata air di daerahnya masing-masing untuk anak cucu kita nanti," tandasnya.

Ritus ni merupakan kerjasama Masyarakat Seni Rakyat Indobesia (MASRI) dengan Sanggar Dapur Pangbarep, Studio Cantika, Komunitas Bajidoris, Sanggar Sunda Galuh Pakuan Cisewu, yang didukung oenuh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kab. Bandung, Dinas Pariwisata Kab. Garut,dan berbagai pihak lainnya serta dukunvan Paguyuban Dulur-Dulur Kasenian (PADUKA) Kec. Pangalengan Kabupaten Bandung.

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x