Ditemukan di Tempat Sampah 30 Tahun Lalu, Bayi Ini Kini Menjadi Pengusaha Sukses

- 27 Juli 2020, 15:21 WIB
Pendiri Figgers Communication, Freddie Figgers.
Pendiri Figgers Communication, Freddie Figgers. /

GALAMEDIA - Tidak seorang pun menyangka, bayi kecil yang dibuang orang tuanya ke tempat sampah kini menjadi miliarder dan pengusaha sukses. Perih kehidupan di masa kecil memotivasinya untuk bangkit dan meraih hasil terbaik.

Setidaknya hal tersebut dialami pendiri Figgers Communication, Freddie Figgers. Figgers Communication merupakan perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat (AS) dan produsen telepon seluler yang berbasis di Florida. Ini menyediakan seluler, broadband seluler, telepon rumah, dan layanan panggilan internasional.

Freddie mengaku pernah dibuang ke tempat sampah saat masih bayi. Peristiwa tersebut membuatnya dijuluki sebagai 'bayi sampah' oleh teman-temannya saat di sekolah.

Baca Juga: Mantan Sekda Kota Bandung dan Kepala Disdik Jabar Jadi Saksi di Sidang Kasus Korupsi RTH

Dilansir dari Washington Post, Senin (27/7/2020), Figgers lahir pada tahun 1989. Tak lama setelah kelahirannya, Figgers dibuang ke tempat sampah di daerah pedesaan di Florida.

Freddie Figgers.
Freddie Figgers.


Seorang warga yang melintas menemukan Figgers kecil dan memanggil polisi untuk mendapat bantuan. Saat ditemukan, Figgers yang masih bayi itu mengalami beberapa luka ringan sehingga harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.

Figgers pun kemudian dibawa ke panti asuhan. Tak lama hidup di panti asuhan, pasangan yang menemukan Freddie, yakni Nathan dan Betty Figgers, tinggal di dekat Quincy, Florida, kemudian mengadopsinya. Meski saat itu mereka sudah memiliki seorang putri.

Ia kemudian bersekolah di sebuah sekolah dasar. Di sekolah itu, Freddie Figgers mendapat perundungan. Teman-temannya menjulukinya "bayi sampah" usai mengetahui bahwa Figgers pernah ditemukan di tempat sampah.

Baca Juga: Sekolah di 266 Kecamatan di Jabar Bakal Kembali Dibuka, Siswa Segera Belajar Tatap Muka

“Ini adalah daerah pedesaan. Jadi setelah itu terjadi, semua orang mendengarnya,” kata Figgers yang sekarang berusia 30 tahun.

Saat orang tua asuhnya mengatakan kondisi Figgers kepada orang-orang, ia mengaku merasa malu saat itu. Namun ketika menginjak usia 9 tahun, ia mengalami titik balik dalam hidupnya. Ayahnya membelikan sebuah komputer Macintosh 1989 rusak di sebuah toko barang bekas seharga 25 dolar AS (sekitar Rp 350 ribu).

Freddie Figgers bersama komputer Machintosnya.
Freddie Figgers bersama komputer Machintosnya.


Komputer rusak itu akhirnya berhasil diperbaiki oleh Figgers. Ia bisa menyalakan komputer itu dengan menginstal beberapa komponen yang ia ambil dari radio tua milik ayahnya.

Kini, komputer pertamanya itu masih ia simpan dan menjadi cinta pertama dirinya dengan teknologi. Di usia 13 tahun, Figgers sudah lihai mengotak-atik komputer sampai-sampai membuat petugas Kota Quincy menyewanya untuk memperbaiki komputernya.

Ketika berusia 15 tahun, ia memulai perusahaan pertamanya.  Figgers Computers merupakan bengkel service komputer berdiri di ruang tamu orang tuanya. Ia membantu klien menyimpan data mereka di server yang dibuatnya.

Baca Juga: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Dipusatkan di Enam Tempat di Kota Bandung

Dia adalah seorang pemula dan pembelajar yang cepat. Setelah membangun basis data cloudnya sendiri, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah.

"Saya tidak akan merekomendasikan jalan saya kepada semua orang," kata Figgers.

“Tetapi itu berhasil untuk saya. Ketika saya berusia 17, saya memiliki 150 klien yang membutuhkan situs web dan penyimpanan untuk file mereka. Saya terus membangun dari sana,” ujarnya.

Kesempatan besarnya datang beberapa tahun kemudian. Pada 2012, ketika pada usia 23, ia menjual program pelacak GPS ke perusahaan yang dirahasiakan di Kansas seharga 2,2 juta dolar AS (Rp32 miliar).

Smartphone produk pendiri Figgers Communication.
Smartphone produk pendiri Figgers Communication.


Ia menciptakan program itu terinspirasi oleh ayahnya yang menderita Azheimer sehingga sering berkeliaran dan membuat seisi rumah bingung. Ia pun membuat perangkat itu ke sepatunya agar bisa melacak keberadaan sang ayah ketika keluar rumah.

Tak lama setelah ia memulai Figgers Communication dan karirnya semakin memuncak, Figgers mengalami musibah saat ayahnya meninggal dunia di tahun 2012.

Baca Juga: Bukan Sekadar Fesyen, Blue Piping Shirt Baju Wajib Kate Middleton untuk Pangeran George

Figgers mengaku sangat bersyukur memiliki ayah dan ibu seperti Nathan dan Betty Figgers. Mereka yang mengajarinya untuk tidak menyerah pada keadaan. Figgers kini memiliki perusahaan telekomunkasi dengan nilai 62 juta dolar AS (Rp 900 miliar).***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x