Tradisi Sunda Ngertakeun Bumi Lamba, Gunung Tangkuban Parahu Digelar Kembali Pada 25 Juni 2023

- 20 Juni 2023, 05:50 WIB
Prosesi upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Gunung Tangkuban Parahu.
Prosesi upacara Ngertakeun Bumi Lamba di Gunung Tangkuban Parahu. /Wika Khairunnisa/GalamediaNews /

Sangkilang dilamba, trena taru lata galuma, hejo lembok tumuwuh sarba pala wo(h)wohan, dadi na hujan,landung tahun, tumuwuh daek, maka hurip na urang reya. Inya eta sanghyang sasana kreta dilamba nga-rana.

Ini (jalan) untuk kita menyejahterakan dunia kehidupan, bersih jalan, subur tanaman, cukup sandang, bersih halaman belakang, bersih halaman rumah. Bila berhasilrumah terisi, lumbung terisi, kandang ayam terisi, ladang terurus, sadapan terpelihara, lamahidup, selalu sehat.Sumbernya terletak pada manusia sedunia.

Seluruh penopang kehidupan, rumput, pohon-pohonan, rambat, semak, hijau subur tumbuhnya segala macam buah-buahan, banyak hujan, pepohonan tinggi karena subur tumbuhnya, memberikan kehidupan kepadaorang banyak. Ya itulah (sanghiyang) sarana kesejahteraan dalam kehidupan namanya.

Waktu Pelaksanaan, Ketika Matahari Beredar di Sisi Paling Utara Menuju Selatan.

Mulanya tradisi ini dilakukan di Gunung Wayang saat posisi matahari beredar di sisi paling utara menuju ke selatan, dan ditentukan oleh kalender Sunda pada 3 kapitu 1945 saka sunda, 14 asuji 1959 caka sunda, atau dalam hitungan masehi tahun ini tepat pada tanggal 25 Juni 2023, sekira pukul 07.00 WIB.

"Awal kegiatan kurang lebih sejak tahun 2008. Mengingat ini menjadi ketetapan tahunan, upacara tahun ini menjadi upacara yang ke 15. Sudah 15 tahun terselenggara upacara ini", tutur Kang Imet.

Mengakhiri penjelasannya, Kang Imet memberikan pesan yang cukup bermakna mengenai budaya dan alam sementa yang sebenarnya saling terkoneksi satu dengan lainnya.

"Jika benteng terakhir suatu bangsa adalah budaya dan bahasa, maka ketika kita melakukan kegiatan kebudayaan, adat atau tradisi terlebih memakai bahasa nya sendiri, berarti kita sedang melakukan tugas pertahanan bangsa, juga menjadi pengaruh besar untuk alam semesta" ujar Kang Imet.***

Halaman:

Editor: Tatang Rasyid

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x