Mensejahterakan Alam Semesta
Secara dasar Ngertakeun Bumi Lamba adalah salah satu pesan dari leluhur yang menitipkan tiga gunung yang harus di perlakukan sebagai tempat suci. Ketiga gunung tersebut yaitu Gunung Gede, Gunung Wayang dan Gunung Tangkuban Parahu.
Sebagai ketentuan umat manusia (secara universal). untuk kembali mensejahterakan alam semesta, ketika matahari beredar di sisi paling utara bumi, hendak menuju selatan.
Digelar serangkaian upacara mensucikan gunung atau sumber kesejahteraan semua mahluk di sekitarnya, mempertemukan mereka yang menjalankan nilai spiritual leluhur melalui harmoni yang menembus sekat pembeda, agar bersama sama Ngertakeun Bumi Lamba.
Upacara ini bukan cara yang sebenarnya, akan tetapi cara yang mendekati makna sebenarnya untuk mengaplikasikan pesan moral yang terkandung dalam naskah sunda kuno Sanghyang Siksa Kada'ing Karesian.
Sanghyang Siksa Kandang Karesian
Adalah naskah Sunda kuno tertua yang mencantumkan tahun penulisannya yaitu 1440 Saka (1518 Masehi), sehingga naskah tersebut diperkirakan ditulis dalam masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja penguasa Pakuan Pajajaran (1482-1521 M).
Isinya memberikan gambaran tentang pedoman moral umum untuk kehidupan bermasyarakat pada masa itu, termasuk berbagai ilmu yang harus dikuasai sebagai bekal kehidupan praktis sehari-hari. Penuturannya berpijak pada kehidupan di dunia dalam negara.
Aturan yang terdapat dalam Sanghyang Siksa Kandang Karesian teridiri atas tiga bagian utama, yaitu 1) pembuka yang menjelaskan sepuluh aturan (dasa kreta & dasa prebakti), 2) perilaku hulun (karma ning hulun) terhadap raja di dalam negara, 3) pelengkap perbuatan (pangimbuh ning twah).
Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan garis besar hukum-hukum yang terdapat naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian. Dikutip oleh GalamediaNews dari sebuah naskah Sunda kuno.
Ini pakeun urang Ngretakeun Bumi Lamba, caang jalan, panjang tajur, paka pridana, linyih pipir, caang buruan. Anggeus ma imah kaeusi, leuit kaeusi, paranje kaeusi, huma kaomean,sadapan karaksa, palana ta hurip, sowe waras, nyewana sama wong (sa)rat.