Menggali Sukses Generasi Z: Kunci Utama dalam Dukungan dan Ambisi

- 12 Agustus 2023, 19:07 WIB
 Ilustrasi - Seorang anak remaja sedang mengakses informasi dan konten digital melalui laptopnya.
Ilustrasi - Seorang anak remaja sedang mengakses informasi dan konten digital melalui laptopnya. / ANTARA/ Ardika/am/

GALAMEDIANEWS - Generasi Z (Gen Z), kelompok yang terlahir setelah tahun 1997, telah menarik perhatian sebagai kelompok yang tumbuh dalam era transformasi digital. Psikolog lulusan Universitas Indonesia, Tara de Thouars, BA, M.Psi, membuka tirai tentang aspek yang membantu Gen Z mencapai potensi penuh mereka - yaitu dukungan keluarga dan ambisi yang membara.

Menurut Tara, ciri khas tiap individu Gen Z adalah karakter yang kuat. Namun, potensi ini seringkali perlu dorongan dan lingkungan yang mendukung agar bisa mekar dengan sempurna. Dalam pandangannya, tanpa dukungan yang tepat, potensi yang dimiliki Gen Z bisa jadi terhambat.

Baca Juga: dr Richard Lee Tak Harapkan Farel Aditya Kembalikan Uang Rp40 Juta: Saya Hanya Kecewa

Tara mengambil contoh seorang ikon Gen Z, Naura Ayu, yang telah mencapai puncak keberhasilannya. Tara menunjukkan bahwa dukungan kuat dari keluarga dan teman-temannya memiliki peran besar dalam perjalanan sukses Naura. Ini membuktikan bahwa lingkungan yang mendukung adalah salah satu faktor utama yang mendorong Gen Z menuju prestasi.

Naura Ayu, dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan bahwa tekadnya untuk sukses telah ada sejak usia muda. Di tengah semangat keluarganya dan dukungan dari lingkungan, Naura menghadapi berbagai rintangan untuk meraih impiannya. Baginya, menjadi penyanyi adalah panggilan batin yang tak dapat diabaikan, meski dibutuhkan dua tahun dan upaya berkelanjutan untuk membuktikan bakatnya.

Baca Juga: Fakta Menarik: Seberapa Jauh Tornado Dapat Membawa dan Mengangkat Barang?

Namun, Tara juga mencatat bahwa Generasi Z menghadapi ujian yang signifikan, khususnya dalam hal kesehatan mental.

"Tetapi, mereka memiliki tingkat kesadaran diri yang luar biasa, memahami ambisi, seringkali terjebak dalam overthinking (terlalu berpikir mendalam), enggan kalah dari rekan-rekan sebaya, merasakan FOMO (fear of missing out, ketakutan ketinggalan informasi), namun juga menginginkan keseimbangan antara dunia kerja dan kehidupan pribadi," ungkap Tara.

Halaman:

Editor: Dicky Aditya

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah