Ketika Malam Tersisa Tinggal Sepertiganya

- 29 Agustus 2020, 00:10 WIB
Ilustrasi: Suasana masjid di malam hari. (Flickr)
Ilustrasi: Suasana masjid di malam hari. (Flickr) /

GALAMEDIA - Dunia dan segala macam isinya diciptakan oleh Allah SWT untuk manusia, termasuk juga malam dan siang. Sebagian besar manusia mefungsikan siang untuk mencari nafkah dan menjalankan berbagai beraktifitas, dan memanfaatkan malam untuk beristirahat.

Malam yang gelap tanpa terik mentari sengaja dicipta agar tidak menyilaukan mata, agar manusia mudah terlelap dan malam menjadi sunyi. Bumi akan beristirahat melayani kebutuhan manusia.

Berbeda ketika waktu telah berganti dengan siang yang terang. Panas matahari penuh energi mendukung segala aktifitas manusia, bumi kembali ramai dengan kehidupan dan kesibukan.

Namun tidak demikian, bagi sebagian orang malam yang sunyi menjadi ruang yang paling berharga. Kesunyian malam menjadi suasana yang paling kondusif membangun harmoni antara manusia dan Allah Yang Maha Kuasa.

Di balik kesunyiannya, malam menyimpan seribu hikmah, apalagi sepertiga terakhir malam hari. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda yang diriwayatkan dari Abu Hurairah :

“Ketika malam tinggal sepertiga, Allah SWT turun ke langit dunia dan berkata:  barang siapa yang meminta padaku akan Ku kabulkan permintaannya, siapa yang minta ampunan akan Ku ampuni, siapa yang minta rizqi akan Ku beri, siapa yang minta dihindarkan dari keburukan akan Ku hindarkan hingga fajar tiba”

Ketika dunia sunyi, Allah SWT membuka kesempatan pada siapapun yang hendak berkomunikasi dengannya. Demikianlah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam membagi malam menjadi tiga.

Sepertiga pertama digunakannya waktu istirahat (tidur), sepertiga kedua difungsikannya untuk shalat, dan sepertiga terakhir adalah waktu Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berdzikir (mengingat-Nya), demikian bunyi haditsnya:

إنى أجعل اليل أثلاثا, فثلثا أنام, وثلثا أصلى, وثلثا أستذكر فيه

Demikian keistimewaan ibadah di malam hari dibandingkan siang, seperti keutamaan shadaqah sirri (secara rahasia) yang mengalahkan shadaqah ‘alaniyah (secara terang-terangan).

Mengenai keutamaan sepertiga malam terakhir ini, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam juga pernah bertanya kepada Jibrilأى الليل أسمع؟  mana malam yang didengar Allah? Jibril menjawab “إن العرش يهتز من السحر “ sesungguhnya ‘arsy bergetar di waktu sahur.

Begitu pentingnya shalat disepertiga terakhir malam sehingga Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:

ركعتان يصليهما العبد فى جوف الليل خير من الدنيا وما فيها. لولا أن أشق على أمتى لفرضتها عليهم  

Shalat dua rak’at di sepertiga malam terakhir lebih baik dari dunia seisinya. Andaikan aku tidak khawatir memberatkan umatku, pastilah akan kuwajibkan shalat tersebut atas mereka.

Demikianlah berbagai fadhilah sepertiga malam yang sangat menggiurkan siapapun yang ingin mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Meski demikian harus diperhatikan bahwa jasmani manusia sangat terbatas.

Semangat yang tinggi harus diimbangi dengan kondisi badan yang baik, sehingga keinginan mulia untuk bangun malam dapat terlaksana. Membagi waktu adalah kunci segalanya. Karenanya sebuah solusi dari para ulama adalah menyempatkan diri tidur di siang hari, mengorbankan sedikit waktu demi kesuksesan bangun di waktu malam.  

Andaikan memang tidak ada kemampuan untuk mendirikan shalat di sepertiga malam, janganlah dipaksakan.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengimbau sebaiknya dituntaskan dulu rasa ngantuknya, tidurlah lagi. Baru kemudian laksanakan shalat malam.

Begitu perintah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dalam haditsnya:

عن عائشة رضي الله عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إذا نعس أحدكم وهو فى الصلاة فليرقد حتى يذهب عنه النوم, فانه إذا صلى وهوينعس لعله يذهب ليستغفر فيسب نفسه

Jikalau engkau mengantuk dalam keadaan shalat, maka berbaringlah hingga hilang rasa kantukmu. (karena) jikalau engkau shalat dan mengantuk jangan-jangan kamu (bermaksud) minta ampunan tetapi kamu (malah) mencelakakn dirimu sendiri.

Demikian pula yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam kepada Zainab ketika mengetahui ada tali yang dipergunakan untuk mengikatnya ketika shalat, Rasulullah pun mengatakan shalatlah engkau ketika trengginas, dan duduklah tatkala malas.

Sesungguhnya tidak ada paksaan dalam ibadah, bahkan semangat yang menggebu-gebu dalam ibadah harus ditinjau ulang. Dalam hal ini kondisi tubuh perlu dipertimbangkan.

Demikian keterangan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani dalam al-Ghunyah, li Thalibiy Thariqil Haqqi 'Azza wa Jalla.  

wallahu a'lam.

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x