Badan bantuan melaporkan bahwa tampaknya sepertiga korban tewas adalah anak-anak. Jumlahnya besar karena persentase anak di dalam masyarakat di daerah-daerah terjangan tsunami sangat tinggi dan anak-anak tidak sanggup menghadapi naiknya permukaan air.
Oxfam melaporkan bahwa korban tewas wanita empat kali lebih banyak daripada pria di sejumlah daerah. Jumlahnya besar karena para wanita sedang menunggu kepulangan suaminya yang berprofesi sebagai nelayan dan sedang merawat anak di dalam rumah.
Selain penduduk setempat, 9.000 turis asing (kebanyakan orang Eropa) yang menikmati musim liburan puncak termasuk di antara korban tewas atau hilang, terutama yang berasal dari negara-negara Nordik. Negara Eropa yang paling banyak korban tewasnya adalah Swedia, yaitu 543 orang.
Keadaan darurat diterapkan di Sri Lanka, Indonesia, dan Maladewa. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan operasi pemulihannya akan menjadi yang termahal sepanjang sejarah umat manusia.***