Menilik Seni Bangreng yang Menjadi Seni Egaliter dan Demokratis Asal Kabupaten Sumedang

- 24 September 2020, 10:38 WIB
/

 

GALAMEDIA - Sabtu akhir pekan lalu, sebuah pertunjukan seni tradisional khas Sumedang dipentaskan dalam serba pengetatan dan protokol kesehatan untuk sebuah dokumentasi virtual.

Seni bangreng atau terebang dan ronggeng sengaja dipilih dan dipentaskan untuk kemudian didokumentasikan oleh UPT Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat. Adalah Padepokan Sunda Mekar Kecamatan Situraja, Kabupaten Sumedang yang berkesempatan menampilkan seni yang menjadi ciri khas dari kesenian Sunda, khususnya di Sumedang.

Di masa pandemi Covid-19 seperti ini, tentunya pementasan Seni Bangreng yang biasanya melibatkan masyarakat untuk guyub dan menari, terpaksa dibatasi. Hanya dua ronggeng dan sepuluh penari laki-laki yang dilibatkan, terdiri atas lima penari tayub (kalangan menak) dan lima penari biasa (kalangan rakyat jelata).

Baca Juga: Pneumonia, Ancaman Serius pada Balita, Cegah dengan Vaksin PCV di Masa AKB

Ada pula kalangan ibu-ibu yang dilibatkan sebagai ronggeng rakyat biasa. Sedangkan dua rongget kameumeut merupakan penari yang akan menjadi rebutan antara penari tayub dan masyarakat dalam menari. 

Sementara ada delapan lainnya sebagai nayaga. Dan itu pun menabuh gamelan dengan menjaga jarak tidak saling berdekatan. Ini semuanya dilakukan sebagai prosedur dari protokol kesehatan serta adaptasi kebiasaan baru (AKB) di tengah pandemic.

Bukan hanya seniman yang harus jaga jarak, penonton pun dibatasi dan harus menerapkan protokol kesehatan, seperti mengenakan masker, selalu mencuci tangan dengan sabun yang sudah disediakan, serta senantiasa menjaga jarak.

Baca Juga: Masih Bingung Apa Itu Deals Sekitarmu ShopeePay? Simak Tips & Triknya

Halaman:

Editor: Kiki Kurnia


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x