Teknik Orasi yang Baik: Perbanyak Nonverbal, Kurangi Kata-Kata

- 5 Februari 2024, 15:11 WIB
Bagaimana teknik orasi yang baik?
Bagaimana teknik orasi yang baik? /

GALAMEDIANEWS - Orasi pada dasarnya yaitu menyampaikan gagasan di hadapan massa atau orang banyak. Agar audiens lebih menggugah dan tidak bosan mendengarnya, orator tentunya harus menguasai seluk-beluk teknik orasi secara baik.

Reno Irwansyah, seorang sarjana ilmu komunikasi, menyebut kunci penting teknik orasi agar lebih menggugah audiens dan tak membosankan. Menurutnya, teknik orasi yang baik itu sederhana.

“Kunci teknik orasi sebetulnya sederhana saja, diperbanyak nonverbal dan kurangi kata-kata. Tetapi perbandingannya harus tetap proporsional juga. Nonverbal itu gerakan tangan, gerakan tubuh, joget-joget, gimmick-gimmick, ekspresi wajah, nada bicara, kemampuan pemilihan kata-kata,” tuturnya.

Nonverbal itu tak sebatas bahasa tubuh saja. Cakupannya ada banyak. “Nonverbal itu sebetulnya nggak hanya bahasa tubuh, ini luas cakupannya. Contohnya, kalau durasi orasinya lama. Bagaimana materinya agar menggugah dan tak membosankan. Harus paham juga kondisi audiens,” tuturnya.

Reno Irwansyah, yang saat ini berkecimpung di dalam marketing, menyebut orasi itu pada dasarnya sama dengan menawarkan produk. Yaitu, untuk meyakinkan orang banyak.

Baca Juga: Untuk Jadi Pilot, Bukan Kuliah Teknik Penerbangan Tapi Masuk Sekolah Penerbangan

“Intinya sama antara berjualan dan orasi, ini intinya harus persuasif . Kalau berjualan, ukuran keberhasilan berapa produk yang terjual. Kalau orasi, berapa banyak orang yang dari tidak menerima jadi menerima. Atau, untuk memperkuat citra,” ungkapnya.

Reno pun menyebut bahwa menguasai seluk-beluk teknik orasi sangat penting dalam masa kampanye saat ini. Sebelum berorasi, sebaiknya berlatih terlebih dahulu. Khususnya, menggunakan beragam nonverbal.

“Sebelum berorasi, sebaiknya melatih dahulu cara-cara pakai nonverbal. Hitler juga latihan dahulu berbulan-bulan di depan cermin. Soekarno juga sama, latihan dulu. Nggak langsung terjun begitu saja.

Reno pun menyebut bagi yang belum terbiasa, memang harus melatihnya. “Kalau belum terlalu biasa atau kurang. Semakin banyak latihan, semakin baik. Ini bisa memperkuat message. Ini buat lebih berenergi,” jelasnya.

Reno pun menyebut bila penggunaan nonverbal terlalu banyak dibandingkan penggunaan kata-kata, orasi menjadi kurang persuasif. Bahkan, orasi pun kehilangan rohnya.

Baca Juga: Membuat Orang Tertawa dengan Teknik Komedi Incongruity

“Contohnya, gimmick-nya Gibran yang mencari-cari jawaban Pak Mahfud di debat presiden, seperti meneropong bahasa tubuhnya. Ini terlalu over nonverbalnya, kehilangan rohnya orasinya. Ini kurang jadi persuasif, jadi lucu juga. Ini jadi seperti satir,” tuturnya.

Reno pun menyebut penting untuk mengukur penerimaan audiens.Tujuannya, sebagai bahan evaluasi. “Orasi juga butuh feedback. Ini untuk kedepannya perbaikan. Belum tentu yang kita anggap bagus, belum tentu bagus di benak audiens,” katanya.

Nah, apakah Anda termasuk orang yang terlibat berorasi dalam masa kampanye saat ini? Bila demikian, tentunya harus menguasai seluk-beluk teknik orasi. Hal yang telah dibahas bisa coba diterapkan.***

Editor: Dicky Aditya

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah