Ingatkan Kehebatan Soekarno, Pengamat Pertahanan: Indonesia Jangan Main Kutuk Rusia, Ngerti Dulu Ceritanya

1 Maret 2022, 20:41 WIB
Ilustrasi. Presiden RI Soekarno. /

 

GALAMEDIA - Usai Rusia memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyesalkan serangannya ke Ukraina, muncul pemermintaan sidang khusus terkait konflik tersebut.

Terkait hal itu, 11 anggota PBB menyatakan dukungannya. Sementara China, India dan Uni Emirat Arab menyatakan abstain.

"Hal yang mengejutkan itu India. Ini juga mengejutkan bagi Rusia, kok bisa abstain. Kalau China, kita sudah pasti lah karena dekat dengan Rusia. Tapi ini India," ujar Pengamat pertahanan militer Connie Rahakundini Bakrie dalam tayangan video YouTube pada kanal milik Helmy Yahya, Selasa, 1 Maret 2022.

Menurutnya jika Indonesia turut abstain maka hal itu bakal mengejutkan masyarakat dunia. Pasalnya, negara-negara yang "mendukung" Rusia itu merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak.

"Itu Amerika, Wuh ada lawan besar," ujarnya.

Baca Juga: Perjalanan Karir Robert Pattinson Pemeran Bruce Wayne Film The Batman

Sehubungan hal itu, ia menilai hal ini merupakan momen bagi Indonesia untuk bersikap di dunia.

"Indonesia jangan main condam condemn (mengutuk, red) aja, ngerti dulu ini ceritanya apa. Karena tergantung perspektif ini," katanya.

Karena, lanjut dia, dalam perspektif Presiden Vladimir Putin, langkah itu dilakukan karena rasa nasionalismenya untuk melindungi negara.

Connie menilai Amerika Serikat (AS) harus mendapat peringatan.

"AS too much, terlalu arogan," ujarnya.

Kemudian ia pun mengungkit sejarah pemimpinan di masa lalu Indonesia.

Baca Juga: Telkom Jabar Gebyarkan 1 Juta QRcode, Mudahkan Masyarakat Jawa Barat Pasang Internet

"Dulu kita punya pemimpuin yang bisa menyeimbangkan itu, Presiden Soekarno. Bung Karno bisa main cantik. Negara baru merdeka, dia sudah bisa pegang Rusia (USSR) ditangan kiri, AS di tangan kanan," ujarnya.

"Kalau kita mau bertahan dengan Gerakan Non-Blok, kita harus punya pemimpin dengan kualitas itu," lanjutnya.

"Jangan di mulut kita non-blok, tapi dalam semua tindakan kita pro United State (Amerika Serikat) atau NATO," katanya.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler