Chattingan Terakhir Tentara Rusia Ungkap Kengerian Perang Ukraina: Mama, I’m Afraid..

- 1 Maret 2022, 19:51 WIB
Ilustrasi prajurit perang
Ilustrasi prajurit perang /Pixabay

GALAMEDIA - Duta Besar Ukraina untuk PBB pada hari Senin membacakan pesan teks terakhir seorang tentara Rusia kepada ibunya.

Chat terakhir tentara dengan identitas dilindungi itu menggambarkan kengeriannya pada perang yang sedang berlangsung sebelum dirinya terbunuh.

Dikutip dari DailyMail, Selasa 1 Maret 2022, perwakilan Ukraina, Sergiy Kyslytsya membacakan teks dimaksud pada sesi darurat Majelis Umum PBB yang membahas invasi Rusia ke Ukraina.

Baca Juga: Banjir Serang Setinggi 5 meter Telan Korban Jiwa, AHY Panjatkan Doa Hingga Ajak Kader Partai di Banten Turun

Kyslytsya menyerukan permohonan bantuan sambil menunjukkan getirnya perang dari tangkapan layar teks tentara Rusia.

"Mom, aku tidak lagi di Krimea," demikian percakapan dimulai.

"Aku tidak sedang dalam sesi latihan," lanjutnya yang dibalas sang ibu,  “Di mana kamu saat ini? Papa menanyakan apakah mama bisa mengirimimu bingkisan.”

“Bingkisan apa yang bisa mama kirim..’

Jawaban putus asa ini membuat ibunya khawatir. “Apa maksudmu Nak? Apa yang terjadi?”

Baca Juga: Gendong Lansia Lewati Eskalator di Stasiun Bandung, Anggota Taruna Akmil Banjir Pujian Warganet

Rangkaian teks berikutnya mengungkap kengerian sang buah hati yang baru menyadari apa yang sesungguhnya tengah dihadapi.

“Mama, aku di Ukraina,” jawabnya sebelum menggambarkan kengerian yang terjadi.

“Perang nyata berkecamuk di sini. Aku takut. Kami mengebom semua kota, bahkan menargetkan warga sipil.. mereka berjatuhan di bawah kendaraan lapis baja kami, melemparkan diri, mereka tak mengizinkan kami lewat. Mereka menyebut kami fasis. Mama, ini sangat sulit,” paparnya.

Baca Juga: LINE UP Persib vs Persija Big Match El Clasico di Liga 1: Bruno Cantanhede Kembali Starter

Kyslytsya mengakhiri sesi percakapan dengan mengatakan bahwa pesan terakhir tadi dikirim beberapa saat sebelum prajurit Rusia tersebut terbunuh.

Rincian pesan ini tidak dapat segera diverifikasi tapi Kyslytsya melanjutkan dengan membandingkan tindakan Rusia dengan Nazi Jerman.

Ia menggambarkan negara militer yang menyerang tetangganya yang lebih kecil dengan serangan udara mematikan terhadap warga sipil.

Baca Juga: Menjelang Laga El-Clasicco, Maman Sebut Marc Klok Menjadi Pemain Kunci Persib

“Ini paralel dengan awal Perang Dunia Kedua,” katanya.

“Tindakan Rusia saat ini sangat mirip dengan apa yang dilakukan mentor spiritual mereka dari Third Reich di tanah Ukraina delapan tahun lalu.”

Tahun 2014 Moskow mencaplok Krimea, sekaligus memulai delapan tahun bentrokan di bagian timur Donbas Ukraina.

Kyslytsya melanjutkan perbandingannya dengan menyindir keputusan Presiden Vladimir Putin yang memerintahkan pasukan nuklir Rusia untuk bersiaga.

Baca Juga: Ada Wacana Pemilu 2024 Mau Ditunda, Prabowo Respons Begini

“Jika dia ingin bunuh diri, dia tidak harus menggunakan senjata nuklir, dia hanya harus melakukan apa yang dilakukan orang di Berlin di sebuah bunker pada tahun 1945,” katanya, merujuk pada aksi bunuh diri Hitler.

Kyslytsya mengakhiri paparannya dengan peringatan bahwa tatanan internasional bergantung pada kelangsungan hidup Ukraina.

“Jika Ukraina tak mampu bertahan ... perdamaian internasional tidak akan bertahan,”katanya.

“Jika Ukraina tidak bertahan, PBB tidak akan bertahan.. Jika Ukraina tidak bertahan, jangan kaget jika demokrasi kolaps.”

Kyslytsya berbicara pada hari kelima pertempuran di tengah upaya diplomasi yang tak menemukan titik temu.

Baca Juga: Bank bjb Catat Kinerja Mentereng, Investor Diajak Tak Sia-siakan Right Issue

Pejabat Ukraina dan Rusia mengadakan pembicaraan di perbatasan Belarusia, tetapi kedua belah pihak gagal mencapai  resolusi apa pun.

Presiden AS Joe Biden menghabiskan lebih dari satu jam dengan sekutu dan mitra, membahas bagaimana mengintensifkan tekanan pada Rusia.

Dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan bertemu untuk membahas upaya meredakan krisis kemanusiaan yang berkembang.

Majelis Umum yang beranggotakan 193 negara sejauh ini dianggap tak memiliki taring dengan resolusinya yang tidak mengikat.

Halaman:

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x