Lima Jam Negosiasi Putin - Zelensky Buntu, Rusia Kerahkan Tank Kepung Jantung Ukraina

- 1 Maret 2022, 14:54 WIB
GalamediaNews
GalamediaNews /

GALAMEDIA - Citra satelit menunjukkan konvoi tank Rusia dan kendaraan lapis baja sepanjang 40 mil saat ini tengah bergerak maju di Kyiv. Pasukan bergerak  dari Belarusia.

Dikutip dari DailyMail, Selasa 1 Maret 2022, citra satelit perusahaan AS Maxar menunjukkan skala penyebaran kendaraan militer yang membentang ke arah perbatasan Belarusia.

Pengungkapan ini memicu kekhawatiran baru menyusul pembicaraan perdana Rusia dan Ukraina yang berakhir buntu.

Baca Juga: Dede Budhyarto Ajak GP Ansor dan Banser Hancurkan Gerombolan Radikal, Cipta Panca: Provokasi Aja!

Pertemuan kedua yang bertujuan mengakhiri serangan Rusia terhadap Ukraina akan berlangsung setelah pertemuan pertama kemarin yang berakhir tanpa resolusi.

Pembicaraan pertama yang diadakan di Belarusia pada Senin sore, berakhir dengan kecaman Kyiv atas proses destruktif Rusia.

Seorang anggota delegasi Ukraina hari ini mengatakan diskusi yang memakan waktu lima jam tak berakhir mulus dan pihaknya menuding Rusia bersikap bias.

Penasihat presiden Mykhailo Podolyak mengatakan di Twitter, "Sayangnya, pihak Rusia masih memiliki pandangan yang sangat bias tentang proses destruktif yang telah diluncurkannya."

Baca Juga: Back to Minyak Kelapa, Solusi Mengatasi Kelangkaan Minyak Goreng

Presiden Ukraina Vlodymyr Zelensky sebelumnya mengakui tidak yakin dengan resolusi positif yang tadinya diharapkan akan tercapai. Ia  menambahkan dirinya berutang pada rakyatnya untuk setidaknya mencoba jalan damai.

Pembicaraan baru akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang, deikian dikatakan seorang pembantu presiden Rusia Vladimir Putin.

Perwakilan Rusia, Vladimir Medinsky mengatakan pembicaraan berikutnya telah disetujui.

“Mykhailo Podolyak, penasihat utama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, memberikan sedikit rincian kecuali untuk mengatakan bahwa pembicaraan, yang diadakan di dekat perbatasan Ukraina-Belarus, difokuskan pada kemungkinan gencatan senjata dan bahwa putaran kedua dapat berlangsung tidak lama lagi.”

Baca Juga: Pemilu 2024 Mau Diundur, Jusuf Kalla Menolak: Negeri Ini Akan Ribut Kalau Tidak Taat Konstitusi

Pertemuan berikutnya akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang di perbatasan Polandia-Belarusia.

Zelensky enggan menyetujui pembicaraan di Belarus, negara yang digunakan sebagai tempat pembicaraan  karena faktanya Belarusia  telah menyatakan siap bergabung dalam perang bersama Rusia.

Zelensky mengusulkan tempat netral di Istanbul, Warsawa atau Baku.

Ukraina telah mengindikasikan akan meminta gencatan senjata dan penarikan penuh pasukan Rusia, tetapi Moskow tetap bungkam tentang apa yang akan dilakukan dalam negosiasi di Gomel Belarusia.

Baca Juga: Akui Jadi Incaran Rusia, Presiden Ukraina Tolak Tawaran Evakuasi Biden: Saya Butuh Amunisi, Bukan Tumpangan

Menambah kekhawatiran, hari ini konvoi kendaraan militer Belarusia terlihat menuju  timur dan tampaknya merupakan persiapan untuk bergabung dengan invasi ke Ukraina.

Beberapa pengamat memperingatkan pembicaraan awal tadi bisa menjadi dalih bagi Moskow untuk meningkatkan serangan ke Ukraina jika pejabat Kyiv menolak tuntutan Rusia.

Di antara mereka yang hadir dalam pembicaraan  adalah menteri pertahanan Ukraina, penasihat utama kantor Presiden dan wakil menteri luar negeri.

Tetapi sementara Ukraina mengirim menteri pertahanan dan pejabat tinggi lainnya, delegasi Rusia dipimpin penasihat budaya Putin, utusan yang tidak mungkin untuk mengakhiri perang.

Baca Juga: Usai Memanas, Vladimir Putin Kini Berniat Hentikan Peperangan ke Ukraina dengan Syarat Ini!

Sementara itu, menjelang pembicaraan damai pada hari Senin, pejabat militer Rusia memerintahkan penerbangan pembom strategis berat sebagai bagian dari apa yang tampaknya merupakan upaya mencegah bantuan internasional untuk  Ukraina.

Pengamat juga memperingatkan perintah itu menunjukkan pasukan Vladimir Putin sedang bersiap untuk meningkatkan pemboman ke Ukraina dalam beberapa hari mendatang.

Richard Nass, presiden Dewan Luar Negeri memperingatkan perkembangan terakhir bisa menjadi indikasi perkembangan konflik yang paling mungkin adalah eskalasi militer konvensional, bukan terobosan diplomatik.

Baca Juga: Megawati Marah Besar Soal Perpanjangan Jabatan Presiden, Dipo Alam: Lanjutkan Marahnya Bu

Nass menulis di Twitter, Moskow tampaknya menggunakan negosiasi agar  'terlihat masuk akal' untuk memperlambat sanksi dunia.

Namun dia memperingatkan pasukan Kremlin kemungkinan akan menggunakan senjata yang lebih berat jika pembicaraan damai gagal dan menggunakan kegagalan negosiasi diplomatik sebagai dalih untuk perang skala besar.***

Editor: Mia Fahrani

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x