Indonesia Dinilai Mempunyai Peluang Untuk Menjadi Juru Runding Rusia dan Ukraina, Menurut Pakar UGM

25 Maret 2022, 20:43 WIB
Presiden Jokowi bersama Presiden Vladimir Putin dalam KTT ASEAN-Rusia. /dok. Russian Embassy Jakarta/

GALAMEDIA - Indonesia berpeluang untuk menjadi juru runding Rusia dan Ukraina, menurut pakar perdagangan ekonomi dunia dan politik Internasional, Universitas Gadjah Mada (UGM), Riza Noer Arfani.
 
Menurut Riza, peluang perundingan konflik Rusia dan Ukraina bisa saja terjadi karena Indonesia saat ini adalah ketua G20.
 
Indonesia dapat menunjukan prinsip politik bebas aktif dan memberikan komitmen dalam menjaga perdamaian juga ketertiban dunia sesuai dalam pembukaan UUD 1945.
 
“Ini sekaligus saatnya menunjukan secara nyata prinsip politik bebas aktif kita, apalagi dalam pembukaan UUD 1945 kita berkomitmen menjaga perdamaian dan ketertiban dunia,” ujarnya.
 
Pernyataan Presiden Jokowi di twitter mengenai permintaan perang untuk dihentikan, menurut Riza masih perlu adanya sikap berkelanjutan.
 
Baca Juga: PERSIB 'Bantu' BALI United Juara Liga 1 2021-2022
 
Sikap berkelanjutan tersebut seperti mempertemukan negara-negara yang sedang konflik pada meja perundingan.
 
Indonesia bisa mengajak negara China, Turki dan juga Rusia untuk membahas progres perbaikan ekonomi, apabila konflik tersebut terus terjadi.
 
Menurutnya kedekatan China dan Rusia bisa dimanfaatkan oleh Indonesia dalam upaya gencatan senjata dan mendudukan keduanya di meja perundingan.
 
Bahkan jika perlu Indonesia juga bisa mengandeng India ataupun Brazil, sebagai negara yang akan menjadi ketua G-20 selanjutnya.
 
Baca Juga: Jokowi Kembali Lontarkan Ancaman Reshuffle Kabinet, Minta Erick Thohir Geser Direktur Gemar Impor
 
“Jika perlu menggandeng India yang akan memegang keketuaan G-20 berikutnya setelah Indonesia atau Brazil sebagai ketua berikut G-20 setelah India, jadi diperlukan langkah-langkah luar biasa untuk diplomatik,” ungkapnya.
 
Karena secara tidak langsung konflik ini juga dapat berdampak pada ekonomi Indonesia.
 
Hal ini karena Indonesia masih bergantung suplai bahan makanan seperti gandum pada kedua negara tersebut.***

Editor: Dicky Aditya

Tags

Terkini

Terpopuler