“Jangan sampai dia (orang yang telah divaksin) sudah percaya diri, ternyata dari faktor (kelompok) kedua dan ketiga. Ini prosesntasinya terbesar,” katanya.
“Karena ini (program vaksinasi) tidak ada artinya kalau vaksin itu, sudah disuntik tapi tidak dikaji titer antibodi dan protektifitasnya,” ujarnya.
Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin ini pun melakukan uji Vaksin Nusantara dilakukan dengan kelompok yang dipimpin oleh wartawan senior Dahlan Iskan di Surabaya. Kelompok itu kemudian diambil serumnya 17 hari usai divaksin Nusantara.
"Hasilnya mencengangkan, seluruhnya punya daya protektif walaupun titer antibodi itu berada di garis minim. Bisa dibayangkan kalau vaksin konvensional pada 17 hari setelah vaksinasi tidak akan muncul apa-apa, semuanya. Harus lengkap, sementara Vaksin Nusantara sudah muncul protektivitas dalam waktu 17 hari," tuturnya.
Sehubungan hal itu, ia mengatakan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari Vaksin Nusantara.
"Saya berharap inilah jalan keluar dari pandemi atau dari virus-virus yang tidak bisa didekati dengan vaksin konvensional. Bahkan, dengan Vaksin Nusantara, berbagai penyakit dapat diatasi seperti demam berdarah, HIV, Ebola," imbuhnya.
Ia pun mengungkapkan tidak ada kipi (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) seperti yang disebutkan BPOM. "Orang yang disuntik Vaksin Nusantara tidak ada tuh, yang di Surabaya ga ada tuh, mereka malah aktif senam dan sebagainya," ujarnya.
Terakhir, Prof Nidom mengaku salut dengan Letjen (purn) Terawan Agus Putranto yang menggagas Vaksin Nusantara.
"Saya terus terang salut dengan Pak Terawan yang mencetuskan ide itu, bisa membelokkan dendritik sel yang untuk kanker digunakan untuk infeksi (virus). Itu hebat benar," ujarnya.