Abdoel Moeis, Sosok Penting Dibalik Sastra Indonesia

- 4 Juli 2023, 15:15 WIB
Abdoel Moeis sosok penting dibalik sastra Indonesia/kemdikbud.go.id
Abdoel Moeis sosok penting dibalik sastra Indonesia/kemdikbud.go.id /

GALAMEDIANEWS - Abdoel Moeis sosok penting dibalik sastra Indonesia. Simak siapa sosok abdoel Moeis dalam artikel ini.

Hari Sastra Indonesia, yang jatuh pada tanggal 3 Juli setiap tahunnya, dipilih oleh panitia kecil pembentukan Hari Sastra Indonesia, untuk menghormati dan memperingati hari lahir Abdoel Moeis.

Sejarah sastra Indonesia, mencatat, Abdoel Moeis adalah seorang sastrawan bergelar Soetan Penghoeloe. Beliau lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 3 Juli 1886 dan meninggal dunia pada 17 Juni 1959 di Bandung.

Baca Juga: 5 WNI Berhasil Dievakuasi dari Zona Konflik di Sudan

Pengarang novel Salah Asuhan (1928) yang terkenal ini tercatat sebagai anggota Serikat Islam pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Dia dipercaya untuk menjadi pemimpin redaksi surat kabar Kaum Muda, terbitan Serikat Islam di Bandung.

Melalui surat kabar tersebut, Abdoel Moeis banyak menulis tentang gerakan untuk memperoleh otonomi yang lebih luas bagi Hindia Belanda, dengan nama pena “A.M”.

Karena kepiawaiannya dalam menulis dan tergabung sebagai anggota delegasi "Comite Indie Weerbaar" (Panitia Pertahanan Hindia), Abdoel Moeis diberi kesempatan untuk berkunjung ke negeri Belanda pada tahun 1917.

Sepulangnya dari sana, beliau diangkat menjadi pimpinan harian Neratja. Sebuah redaksi surat kabar Serikat Islam, atas usaha Datuk Tumenggung. Karena harian surat kabar Kaum Muda, sudah dibrendel pemerintah.

Baca Juga: Fakta Menarik, Bhutan Sebuah Negara Kecil yang Tidak Banyak Orang Tahu!

Pada tahun 1923, Abdoel Moeis meninggalkan Jakarta dan kembali ke Sumatera Barat, karena terjadi pertentangan dalam tubuh Serikat Islam. Di tanah kelahirannya, beliau kemudian memimpin harian Utusan Melaju dan harian Perobahan yang dengan gigih melawan segala kebobrokan Belanda.

Pergerakan yang dilakukannya dalam jalur penulisan artikel pada media surat kabar yang gencar, menjadikannya tak lagi bebas dalam berpolitik. Abdoel Moeis kemudian dibuang ke Pulau Jawa.

Sejak saat itu, beliau tidak lagi menonjolkan diri dalam Serikat Islam dan mulai menulis novel. Salah Asuhan adalah novel yang lahir pada masa itu, mendapat perhatian dan respon positif dari beberapa kalangan. Salah Asuhan, dinilai tidak lagi mempermasalahkan adat kolot yang sudah tidak sejalan lagi dengan kemajuan zaman.

Sebagai sastrawan handal, Abdoel Moeis juga menulis puisi, novel sejarah, cerita anak-anak dan menerjemahkan novel luar negeri, seperti “Tom Sawyer” karya Mark Twain.

Baca Juga: Ternyata, Ini Pesan Mendalam di Balik Lagu Tokecang!

Andries "Hans" Teeuw (A. Teeuw), pakar sastra dan budaya Indonesia asal Belanda mengatakan bahwa Abdoel Moeis adalah orang yang termasuk golongan pertama sastrawan Indonesia yang nasionalis. Sementara itu, Pamusuk Eneste (sastrawan Indonesia) memasukkan Abdoel Moeis ke dalam Angkatan Balai Pustaka karena beliau termasuk orang yang menerbitkan novelnya di Penerbit Balai Pustaka.

Surat Keputusan (SK) Presiden Republik Indonesia No. 2183/59, tanggal 30 Agustus 1959, mengukuhkan Abdoel Moeis sebagai Pahlawan Nasional.***

Editor: Dadang Setiawan

Sumber: kemdikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x