Kok Cuaca Akhir-akhir Ini Terasa Lebih Panas Ya? BMKG Beberkan Penyebabnya

- 7 September 2020, 10:45 WIB
Ilustrasi Cuaca Cerah Berawan. Cuaca di Indonesia akhir-akhir ini terasa lebih panas dari biasanya.
Ilustrasi Cuaca Cerah Berawan. Cuaca di Indonesia akhir-akhir ini terasa lebih panas dari biasanya. /Siti Baruni/Portal Jogja/Siti Baruni

GALAMEDIA - Cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia akhir-akhir ini terasa lebih panas dari biasanya.

Bahkan di daerah yang biasanya dingin, suhu udara bisa mencapai lebih dari 30 derajat celsius pada siang hari.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebabnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat dua teori untuk menjelaskan penyebab kondisi cuaca bisa seperti itu.

Baca Juga: Seorang Hakim Positif Covid-19, PN Bandung Terapkan WFH

Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Iklim BMKG, Supari mengatakan, kedua teori itu sama-sama bertumpu pada pola kemarau tahun ini.

Ia menjelaskan, teori pertama adalah karena kombinasi suhu yang tinggi dan kelembaban yang juga tinggi.

Berdasarkan data yang dimiliki BMKG, lanjut Supari, kemarau tahun ini menyebabkan suhu permukaan rata-rata di seluruh Indonesia menjadi lebih tinggi.

Selama Agustus, suhu udara bisa mencapai 24-27 derajat Celcius atau lebih tinggi satu derajat dari pada suhu normal.

Baca Juga: Audio Sennheiser Menungkinkan Setiap Kursi Penumpang Miliki Pengaturan Audio Sendiri

Sementara kelembaban udara permukaan sepanjang Agustus, juga lebih lembab dari biasanya. Berkisar lima persen di atas kelembaban normal.

"Kondisi udara lembab dengan suhu tinggi menyebabkan udara terasa lebih gerah," kata Supari.

Supari menyampaikan soal teori kedua, yakni adanya radiasi yang dilepaskan bumi terperangkap oleh awan di atmosfer paling bawah.

Kondisi itu terjadi akibat kemarau tahun ini di beberapa wilayah disertai dengan pertumbuhan awan yang relatif lebih banyak dibanding biasanya.

Baca Juga: Disaksikan Mahasiswa, Tetap Mengajar Meski Terinfeksi Covid-19 Dosen Politik Meninggal Saat Zoom

Menurutnya, hal itu juga ditandai dengan kondisi hujan di atas normal di sejumlah tempat.

"Ada teori yang mengatakan bahwa ketika banyak terbentuk awan, maka radiasi yang dilepaskan bumi menjadi terperangkap di atmosfer bawah. Sehingga menambah rasa gerah," lanjut dia dikutip dari wartaekonomi.co.id, Senin, 7 September 2020.

Dengan dua teori tersebut, lanjut Supari, ada kemungkinan fenomena panas yang berlebih disebabkan gabungan di antara keduanya.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x