Marah kepada Emmanuel Macron, Paul Pogba Mundur dari Timnas Prancis

- 26 Oktober 2020, 11:13 WIB
PAUL Pogba.
PAUL Pogba. /Instagram/@paulpogba/



GALAMEDIA - Gelandang Prancis Paul Pogba mengundurkan diri dari Timnas Prancis usai adanya pernyataan 'terorisme Islam' dari Presiden Emmanuel Macron.

Keputusan Pogba untuk meninggalkan tim Prancis muncul setelah Presiden Macron mengatakan bahwa 'kejahatan terorisme Islam' harus ditangani dengan tegas.

Komentar Macron muncul dengan latar belakang pemenggalan Samuel Paty - seorang guru sekolah yang dibunuh karena menunjukkan kartun komunal kepada anak-anak sekolah.

Dilansir Republic World Senin 26 Oktober 2020, pesepakbola pemenang Piala Dunia berusia 27 tahun itu memutuskan untuk mundur dari tim nasional setelah kemarahan yang meluas atas pernyataan Macron.

Namun, baik Pogba maupun Asosiasi Sepak Bola Prancis belum mengonfirmasi kepergian sang bintang sejauh tersebut.

Baca Juga: Presiden Jokowi Lantik 12 Duta Besar Indonesia untuk Sejumlah Negara Sahabat

Laporan juga menunjukkan bahwa Pogba kesal dengan kartun 'ofensif' yang pertama kali diterbitkan oleh Charlie Hebdo dan bahwa keputusan pemerintah Prancis untuk menghormati Samuel Paty memicu Pogba untuk menerima panggilan tersebut.

Pogba, yang karirnya dimulai pada 2013 di Prancis, memainkan peran sentral dalam kemenangan Prancis di Piala Dunia 2018 di Rusia bahkan mencetak gol di final melawan Kroasia.

Presiden Emmanuel Macron menyebut pembunuhan Samuel Paty sebagai 'serangan teror Islam' dan bahwa teror Islam menginginkan 'masa depan' negara. Presiden Prancis juga mengatakan bahwa persatuan dan keteguhan adalah satu-satunya jawaban untuk ini. Awal bulan ini, Macron membuat pernyataan tentang iman yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia.

Baca Juga: 5 Destinasi Liburan Tahun Baru di Indonesia, Berikut Tips dan Promo Akhir Tahun dari Traveloka

Guru bahasa Prancis, Samuel Paty, dipenggal pada 16 Oktober setelah mendiskusikan karikatur Nabi dengan murid-muridnya. Dia dipenggal oleh seorang pengungsi Chechnya kelahiran Moskow berusia 18 tahun yang kemudian ditembak mati oleh Polisi Prancis.

Dua remaja lainnya dilaporkan dituduh terlibat dalam pembunuhan teroris di komune Conflans-Sainte-Honorine di utara Paris. Sesuai laporan, jaksa penuntut mengklaim bahwa anak berusia 18 tahun itu telah menawarkan hampir $ 350 hingga $ 415 kepada siswa di sekolah untuk mengidentifikasi Paty.

Emmanuel Macron akan mengusir 231 'orang asing yang teradikalisasi'

Menurut kantor berita internasional, Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin telah mengarahkan para prefek setempat untuk memerintahkan pengusiran pada pertemuan hari Ahad.

Baca Juga: Ulama Arab Saudi Serang Presiden Emmanuel Macron, Liga Muslim Dunia Kutuk Keras Kasus Prancis

Dia juga meminta pejabat kementeriannya untuk memeriksa dengan cermat permintaan orang-orang yang ingin mencapai status pengungsi di negara tersebut. Sejak serangan teror tersebut, pemerintah Macron mendapat banyak tekanan dari konservatif dan partai politik lainnya untuk mengambil tindakan tegas terhadap teroris ini karena mereka menimbulkan ancaman keamanan yang sangat besar.

Pemerintah telah menyiapkan daftar 231 tersangka, di mana lebih dari 180 saat ini di penjara dan 51 sisanya akan segera ditangkap, kata laporan itu.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x