Gunung Tangkuban Parahu, Primadona Wisata Alam di Lembang, Benarkah Buatan Sangkuriang?

- 8 Juli 2023, 08:37 WIB
/

Rupanya deretan kawah-kawah memanjang inilah yang memangkas kerucut Gunung Tangkuban Parahu pada setiap kali kawah-kawah itu mengalami erupsi.

Pada 105ribu tahun yang lalu, Gunung Sunda (gunung api purba) meletus dengan dahsyat. Akibat letusan ini, berjuta-juta meter kubik material termuntahkan dari dalam bumi. Dari kaldera Gunung Sunda inilah lahir Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang dan Bukit Tunggul.

Kronologi Sasakala Sangkuriang

Bila diadakan reinterpretasi terhadap sasakala Sangkuriang, sesungguhnya cerita yang diyakini oleh masyarakat sunda buhun sebagai sebuah kebenaran, sebenarnya sudah memberikan tanda-tanda atau proses geologi terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu secara ilmiah.

Menurut cerita pada sasakala, ketika Sangkuriang menebang pohon Lametang, untuk dijadikan perahu olehnya. Pohon raksasa itu kemudian roboh ke arah barat, tunggulnya membentuk Bukit Tunggul dan rangrangan (bahasa sunda; sisa dahan, ranting dan daun) membentuk Gunung Burangrang.

Baca Juga: 7 Tempat Wisata Gratis di Purwakarta, Cocok untuk Habiskan Waktu Libur Sekolah

Ditafsirkan, kedua kerucut gunung yang terbentuk itu adalah gunung api parasiter dari gunung api yang lebih besar, yaitu Gunung Sunda.

Setelah pohon besar itu ditebang (asumsi; setelah gunung api parasiter terbentuk) Sangkuriang membendung sungai agar tergenang menjadi danau, sesuai permintaan Dayang Sumbi yang sengaja diajukan sebagai syarat untuk memperberat usaha Sangkuriang menikahi dirinya.

Sementara Sangkuriang mengerjakan pembuatan perahu, air yang dibendung dari sungai itu mulai ngamprah (bahasa sunda; tergenang). Dapat diasumsikan pula, bahwa bendungan yang dimaksud adalah danau purba yang terjadi sebelum Gunung Tangkuban Parahu terbentuk.

Melihat kegigihan Sangkuriang menyelesaikan syarat yang diajukan Dayang Sumbi dalam waktu semalam hampir selesai, Dayang Sumbi kembali bersiasat dengan mengibar-ngibarkan  selendang mayang di ufuk timur sambil berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

Usaha Dayang Sumbi ternyata direstui olehNya. Kelebatan selendang itu menyemburat seperti fajar yang menyingsing. Sangkuriang yang merasa gagal melaksanakan persyaratan itu kemudian marah dan menendang perahu buatannya hingga terlontar jauh ke arah utara dan jatuh dalam posisi nangkub (Bahasa sunda; telungkup).

Halaman:

Editor: Lina Lutan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah