Dibalik Penusukan pada Syekh Ali Jaber, Adakah Jaminan Kemanan untuk Penyeru Kebaikan?  

16 September 2020, 06:49 WIB
/

GALAMEDIA - Berita penusukan Syaikh Ali Jaber begitu menggemparkan masyarakat. Syaikh Ali Jaber ditusuk seorang pemuda berinisial AA saat menghadiri pengajian dan wisuda Tahfidz Al Quran di Masjid Falahudin yang berada di Jalan Tamin, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Minggu (13/9/2020) sore.

Akibat kejadian itu, Syaikh Ali Jaber menderita luka tusuk di bahu dan harus menerima enam jahitan di bagian dalam dan empat jahitan di bagian luar.

Adapun pelaku ditangkap oleh jamaah dan telah diserahkan ke pihak berwajib. Saat ini polisi masih menyelidiki motif penusukan. Dugaan sementara pelaku mengalami gangguan kejiwaan.

Baca Juga: Ini Balasan pada Pemimpin atau Manusia yang Tidak Bisa Menjalankan Amanah Rakyatnya

Sungguh naas, nasib para ulama dan asatidz yang sedang berdaqwah di jalan Alloh. Teror demi teror kian masif dilancarkan oknum yang tidak bertanggung jawab. Kejadian ini bukanlah yang pertama kali, sebelumnya teror terhadap ulama pernah juga terjadi. Pengurus Persis di Cigondewah, Bandung, Jawa Barat, H.R Prawoto meninggal dunia usai dianiaya oleh AM (45) tetangganya sendiri pada awal 2018 lalu. Dari pemeriksaan pelaku mengalami gangguan jiwa.

Penyerangan terhadap ulama juga terjadi di Pekanbaru, Riau. Korbannya adalah Imam Masjid Al Falah Darul Muttaqin. Ia ditusuk oleh jamaahnya menggunakan pisau saat memimpin doa usai salat Isya berjamaah, Kamis (23/7/2020) malam,(suarajatim.id). Dan serentetan kasus teror yang lainnya, yang membuat khawatir masyarakat.

Baca Juga: Asyik, Pertandingan Sepak Bola EFL Dihadiri Penonton dengan Protokol Kesehatan Ketat

Ulama adalah waratsatul anbiya’. Tentu peran ulama sangatlah besar, bukan hanya sekadar menguasai khazanah pemikiran Islam. Lebih dari itu, bersama umat ulamapub harus berupaya menerapkan akidah dan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan (ekonomi, politik/pemerintahan, pendidikan, sosial, hukum/peradilan, politik luar negeri dll); bukan hanya dalam tataran spiritual, moral dan ritual belaka.

Karena itu ulama harus selalu terlibat dalam perjuangan untuk mengubah realitas rusak yang bertentangan dengan warisan Nabi saw. Bersyukur, negeri ini masih dikaruniai para ulama yang lurus, berani menyerukan kebenaran sekalipun menanggung resiko yang amat besar.

Baca Juga: Harap Sabar, Arab Saudi Belum Keluarkan Izin Umrah

Dalam kondisi saat ini, ketika negara tidak menerapkan syariah islam secara total. Peran ulama sebagai penyeru kebaikan mempunyai resiko tinggi, hingga nyawa menjadi taruhannya. Dibayangi teror oknum pembenci islam, yang tidak menginginkan persatuan dan kebangkitan umat. Yang saat ini tengah gencar diserukan oleh para ulama yang mukhlis.

Sudah semestinya, Ulama berperan menjadi pengontrol penguasa. Peran dan fungsi ini hanya bisa berjalan jika ulama mampu memahami konstelasi politik global dan regional. Ulama juga harus mampu menyingkap makar dan permusuhan kaum kafir dalam memerangi Islam dan kaum Muslim. Dengan ungkapan lain, ulama harus memiliki visi politis-ideologis yang kuat hingga fatwa-fatwa yang ia keluarkan tidak hanya beranjak dari tinjauan normatif belaka, tetapi juga bertumpu pada ideologi-politik. Dengan demikian, fatwa-fatwa ulama mampu menjaga umat Islam dari kebinasaan dan kehancuran, itulah yang mulai terjadi saat ini. Ketika ulama kembali kepada peran dan fungsi yang sebenarnya.

Baca Juga: Catat, Ini Dia Daftar Bandara yang Mematok Biaya Rapid Test Murah

Di samping perlu meneladani ulama dari generasi para Sahabat Nabi saw., ulama saat inipun menyadari bahwa harus meneladani para ulama sebelum mereka. Misalnya dengan belajar dari dua ulama Ahlus-Sunnah, seperti Abu Hanifah dan Ibn Taimiyyah. Sejarah tidak pernah melupakan kedua sosok ulama mulia ini. Sebagaimana diketahui, kaum Muslim mampu bangkit dari keterpurukan selama sekitar 50 tahun.

Akhirnya, di bawah pimpinan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi berhasil merebut kembali Yerusalem setelah dikuasai Pasukan Salib selama 88 tahun. Menurut Dr. Irsan al-Kilani dalam bukunya, Hakadza Zhahara Jîlu Shalahuddin wa Hakadza Adat al-Quds, Shalahudin bukanlah pemain tunggal yang ‘turun dari langit’ dalam mengangkat keterpurukan umat Islam. Ia adalah produk dan bagian sebuah generasi baru yang telah dipersiapkan oleh para ulama yang hebat.

Baca Juga: Catat, Ini Dia Daftar Bandara yang Mematok Biaya Rapid Test Murah

Itulah hebatnya ulama, sangat berperan terhadap kemajuan dan kemunduran suatu bangsa. Namun sayang, jaminan keamanan tidak bisa di dapat dinegeri yang mengadopsi sistem kapitalis demokrasi, yang bersandar pada pemisahan agama dari kehidupan. Di sistem ini ulama justru tidak berperan dalam menentukan arah tujuan bangsa. Bahkan ulama sering disangkut pautkan dengan terorisme, radikalisme dan ekstrimisme.

Sungguh, jaminan keamanan hanya akan di dapatkan para ulama ketika negara menerapkan syariat islam secara kaffah. Karena di dalam Islam, jaminan atas keamanan termasuk kewajiban utama negara. Negara wajib menyediakan keamanan dan rasa aman bagi seluruh rakyat, termasuk di dalamnya adalah para ulama.

Baca Juga: Lebih dari Satu Juta Pelaku UMKM Jabar Dapat Bantuan Presiden Produktif Usaha Mikro

Negara kehilangan sifat entitasnya jika tidak bisa menyediakan keamanan dan rasa aman. Oleh karena itu, di falam islam syarat berdirinya siluatu negara adalah mampu menjaga keamanannya dengan kekuatannya sendiri. Karena itu Rasulullah saw., ketika memberitahu kaum Muslim tentang darul hijrah mereka, beliau menyebutkan keamanan pertama kali. Beliau bersabda kepada para Sahabat di Makkah,
“Inna AlLâh ‘Azza wa Jalla ja’ala lakum ikhwân[an] wa dâr[an] ta`manûna biha (Sungguh Allah menjadikan untuk kalian saudara dan negeri yang dengan itu kalian akan merasa aman).”

Negaralah yang menjamin adanya rasa aman baik untuk Ulama maupun seluruh rakyat, dan hal ini mustahil kita dapatkan jika masih mengadopsi aturan selain Al Qur'an dan Sunnah. Jaminan kemanan akan kita dapatkan ketika kita menerapkan aturan yang bersumber dari Sang Maha Pencipta.

Baca Juga: Kota Bogor Kini Punya Unit Edukasi dan Unit Pengawasan Covid-19 Kota Bogor

Wallohua'lam

Penulis Lilis Suryani
Ibu Rumah Tangga

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler