Anugerah Sastera Rancagé 2021 untuk Bahasa Daerah di Indonésia Diselenggarakan Secara Virtual

27 Januari 2021, 12:52 WIB
/

GALAMEDIA - Bagi pegiat sastera daerah di Indonesia, kiprah Yayasan Kebudayaan Rancagé dalam pengembangan bahasa ibu tidak diragukan lagi. Yayasan ini didirikan oleh budayawan Indonésia, Ajip Rosidi (1938—2020) yang sejak tahun 1989 memberikan Hadiah Sastera Rancagé untuk buku-buku terbaik yang terbit dalam berbagai bahasa daerah.

Titi Surti Nastiti, Ketua Dewan Pengurus Yayasan Kebudayaan Rancagé mengatakan bahwa tahun ini merupakan penganugerahan Hadiah Sastera Rancagé yang ke-33 kalinya. Artinya, hadiah ini sudah diberikan selama 33 tahun tanpa henti. Ada tujuh bahasa daerah yang hingga saat ini diberi Hadiah Sastera Rancagé, yaitu Batak, Lampung, Sunda, Jawa, Bali, Madura, dan Banjar.

Khusus untuk buku dalam Bahasa Sunda, Jawa, dan Bali, penganugerahan Hadiah Sastra Rancage tidak pernah terputus.

“Kami juga ingin memberikan hadiah untuk bahasa daerah lainnya, dengan syarat ada buku sastera dalam bahasa tersebut yang diterbitkan setiap tahun secara konsisten ," kata putri Ajip Rosidi ini dalam siaran persnya, Rabu 27 Januari 2021.

Baca Juga: Gunung Merapi Kembali Batuk dan Luncurkan 14 Kali Guguran Awan Panas, Sejumlah Desa Diterpa Hujan Abu Tipis

"Akan tetapi, itu bukan berarti kami banyak uang, sebab setiap tahun kami selalu berjuang mengumpulkan dana untuk hadiah dan honor para juri. Ini adalah bentuk tanggung jawab kami terhadap pengembangan bahasa daerah di Indonesia."

Menurut Titi, menjaga kesinambungan pemberian Hadiah Sastera Rancagé bukan perkara mudah. Buktinya, di Indonesia belum ada lembaga yang mampu menyelenggarakan pemberian hadiah sastera lebih dari seperempat abad tanpa terputus. Konsistensi Hadiah Sastera Rancagé di antaranya berkat komitmen Ajip Rosidi yang tak sungkan mengeluarkan uang pribadi demi kemajuan kebudayaan daerah.

"Karena itu, sepeninggal Bapak (Ajip Rosidi) pada 29 Juli 2020, banyak yang bertanya apakah Hadiah Sastera Rancagé akan dihentikan? Kami jawab tidak, karena kegiatan ini merupakan salah satu wasiat almarhum. Hadiah Sastera Rancagé akan terus diberikan kecuali tidak ada lagi buku sastera daerah yang terbit," kata Titi.

Baca Juga: Gempa Bumi Magnitudo 4.9 Guncang Kupang NTT, BMKG: Gempa Tidak Berpotensi Tsunami

Sesungguhnya, di balik kegiatan nirlaba tanpa gebyar-mewah itu, terselip harapan kiranya pemerintah, baik pusat maupun daerah, menaruh perhatian lebih besar terhadap kegiatan "Rancagé", bagaimanapun pemerintah memiliki kewajiban memelihara bahasa dan kebudayaan daerah sebagaimana diamanatkan Pasal 36 UUD 1945.

Namun, menurut Erry Riyana Hardjapamekas, Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage, hal ini bukan berarti para pengurus mengharap belas-kasih pemerintah.

"Pengurus tidak menuntut agar kegiatan Hadiah Sastera Rancagé masuk ke dalam APBN atau APBD. Bukan, sebab Yayasan Kebudayaan Rancagé lebih mengandalkan dan mempercayai prinsip kemandirian, prinsip independensi, dan peran-serta masyarakat. Rancage tidak akan melakukan ketergantungan semacam itu, yang justru dapat mengancam kelancaran kiprah 'Rancagé'," kata Erry.

Baca Juga: Gempa Bumi Magnitudo 4.9 Guncang Kupang NTT, BMKG: Gempa Tidak Berpotensi Tsunami

"Sebenarnya yang diperlukan untuk memelihara bahasa dan sastra daerah adalah 'perhatian pemerintah' dalam bentuk tanggapan nyata. Misalnya, membuat legislasi guna memperkokoh fungsi bahasa daerah dengan menjadikannya sebagai bahasa ibu serta bahasa pengantar minimal di PAUD, TK, dan SD/MI, serta sigap membantu agar karya sastera pemenang ‘Rancagé’ dapat dimanfaatkan, dibaca, dan diapresiasi oleh masyarakat luas."

Mendorong Pengembangan Sastera Daerah
Hingga tahun ini, Yayasan Kebudayaan Rancagé sudah mengumumkan 122 judul buku sastra daerah terbaik peraih Hadiah Sastera "Rancagé". Selain itu, "Rancagé" juga memberikan Hadiah Samsudi untuk buku cerita anak-anak, khusus dalam bahasa Sunda.

Menurut Etti R.S., Wakil Ketua Yayasan Kebudayaan Rancage, semangat untuk menerbitkan buku sastera berbahasa daerah selalu mengalami pasang-surut dari tahun ke tahun.

"Hal ini dapat diamati dari jumlah buku yang terbit setiap tahun. Buku sastera daerah yang terbit tahun 2019 cukup menggembirakan, tetapi ada penurunan pada tahun 2020. Itu sudah biasa dalam berkarya, yang kami harapkan, paling tidak jangan sampai terputus," ujar Etti.

Baca Juga: CEK FAKTA: Benarkah Menkumham Hapus Sanksi Pidana Setelah Anak Buah Megawati Tolak Vaksin?

Biasanya sejak tahun 1989, Yayasan Kebudayaan Rancagé selalu mengundang semua peraih hadiah dari berbagai daérah untuk menerima penghargaan berupa piagam dan uang. "Namun, demi mendukung penanganan pandemi Covid-19, tahun ini kami tidak akan mengadakan acara dengan mengundang banyak orang seperti tahun-tahun sebelumnya.

Anugerah Sastera Rancagé 2021 akan dilaksanakan secara virtual melalui sambungan Zoom dan Youtube. Karena itu, kami sangat berterima kasih kepada PANDI yang telah memfasilitasi kegiatan ini," sambung Etti.

Anugerah Sastra Rancagé tahun ini akan digelar pada hari Minggu, 31 Januari 2021, mulai pukul 14.00. Selain Ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancagé, juga akan ada sambutan dari Nadiem Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) dan Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan Kemendikbud). Selain itu, Yayasan Rancagé juga mengundang para juri, penerbit buku, pengarang dan pegiat sastera daerah dari seluruh wilayah di Indonesia.

Baca Juga: Kabar Duka Mendalam Datang dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin

"Buku sastera daerah terbaik tahun ini akan diumumkan oleh juri langsung dalam acara penganugerahan tersebut," pungkas Etti.

 

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler