Bacaan Niat Puasa Syawal, Tata Cara, dan Keutamaannya

2 Mei 2022, 11:06 WIB
Bacaan Niat Puasa Syawal, Tata Cara, dan Keutamaannya /pexels/rayn l

GALAMEDIA - Berikut ini niat puasa syawal 6 hari, waktu, dan tata cara pelaksanaannya.

Seperti diketahui, puasa 6 hari di bulan Syawal mempunyai keutamaan luar biasa besar.

Puasa sunah satu ini akan memberikan umat muslim pahala sangat besar. Hal ini sebagaimana yang sudah disabdakan oleh Rasulullah:

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadan, kemudian ia ikuti dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka ia akan mendapat pahala seperti puasa setahun penuh.” (HR Muslim).

Baca Juga: Putri Charlotte Genap Berusia 7 Tahun, Istana Rilis Foto Ulang Tahun Putri Pangeran Wiliam dan Kate Middleton

Berikut adalah niat puasa syawal 6 hari beserta tata cara dan keutamaannya seperti dilansir dari berbagai sumber.

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

Artinya:

“Aku berniat puasa sunah Syawal esok hari karena Allah SWT.”

Kemudian untuk Anda yang mendadak di pagi hari ingin mengamalkan puasa Syawal ini diperbolehkan untuk melafalkan niat puasa Syawal ketika Anda hendak puasa Sunah.

Berikut adalah niatan puasa sunah yang boleh dilakukan di siang hari sejauh Anda masih belum makan, minum dan hal lain yang membatalkan puasa sejak subuh berkumandang:

Baca Juga: Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1443 H Berbahasa Inggris dan Indonesia, Cocok untuk di Sosmed

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnatis Syawwâli lillâhi ta‘âlâ.

"Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT.”

Tata Cara Puasa Syawal

1. Puasa Syawal dilakukan 6 hari di Bulan Syawal

Keutamaan puasa Syawal akan didapatkan oleh umat Islam apabila melaksanakan puasa selama 6 hari di bulan Syawal.

Puasa 6 hari ini disarankan dilakukan secara berurutan. Namun tidak dilarang juga apabila dilakukan tidak secara berurutan.

2. Utama dilaksanakan sehari usai Idul Fitri. Namun boleh juga diakhirkan asalkan masih bulan Syawal.

3. Menunaikan puasa ganti terlebih dahulu agar mendapatkan keutamaan puasa Syawal.

Baca Juga: Ini 10 Amalan Sunnah yang Hanya Bisa Dilakukan di Hari Raya Idul Fitri, Apa Saja?

Sedangkan keutamaan puasa Syawal yaitu:

1. Dapat Pahala Seperti Puasa Penuh dalam Setahun

Keutamaan puasa Syawal yang pertama ialah bisa membuat umat Islam mendapatkan pahala seperti puasa penuh dalam satu tahun. Ia akan mendapatkan tempat paling mulia di sisi Allah.

Puasa Syawal 6 hari yang dilakukan akan membuat seseorang mendapatkan pahala layaknya ia berpuasa selama 12 bulan. Keutamaan puasa Syawal ini dituliskan dalam hadist muslim berikut:

"Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama enam hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim).

Baca Juga: Ini Arti Kata Ketupat, Bukan Sekedar Menu Wajib Lebaran

2. Mendekatkan Diri pada Allah

Keutamaan puasa Syawal berikutnya ialah bisa mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu Allah. Setiap muslim yang berniat mengerjakan puasa Syawal 6 hari maka akan mendapat tempat mulia di sisi Allah.

Bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi Allah dibandingkan dengan minyak kasturi. Keutamaan puasa Syawal berikut ini telah disebutkan dalam hadist Qudisi:

"Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa) adalah untuk-Ku dan Aku memberi ganjaran dengan (amalan puasa itu)." Kemudian, Rasulullah melanjutkan, "Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi." (HR. Muslim).

3. Sempurnakan Ibadah

Keutamaan puasa Syawal selanjutnya adalah ibadah. Layaknya salat sunah, di mana tindakan itu bisa menutup kekurangan dan menyempurnakan ibadahnya.

Khususnya keutamaan puasa Syawal yang dapat melengkapi kekurangan yang ada selama puasa di bulan Ramadan. Ibnu Rajab menjelaskan keutamaan puasa Syawal yaitu sebagai berikut:

Baca Juga: Sholat Idul Fitri di Gasibu, Ridwan Kamil Sebut Pecahkan Rekor

"Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan." (Latho-if Al Ma’arif, hal. 394.)***

Editor: Brilliant Awal

Tags

Terkini

Terpopuler