Mengenal Wajit Cililin, Makanan Khas Sunda yang Sudah Ada Sejak Masa Kolonial   

22 Desember 2022, 09:45 WIB
Wajit merupakan makanan khas Sunda yang berasal dari Cililin, Bandung Barat. Perlu diketahui, Wajit sudah ada sejak masa Kolonial yaitu pada tahun 1916. Sebagai makanan khas Sunda yang rasanya manis, Wajit Cililin terus dilestarikan dari generasi ke generasi. Saat ini, Syamsul Maarif merupakan ge /Faisal Guntara/

 

GALAMEDIANEWS - Wajit merupakan makanan khas Sunda yang berasal dari Cililin, Bandung Barat.

Perlu diketahui, wajit sudah ada sejak masa Kolonial yaitu pada tahun 1916.

Sebagai makanan khas Sunda yang rasanya manis, Wajit Cililin terus dilestarikan dari generasi ke generasi.

Saat ini, Syamsul Maarif merupakan generasi penerus Wajit Cililin, ia merupakan generasi ke-3 dari Irah dan ke-4 dari Juwita.

Sejarah Wajit Cililin dibagi menjadi dua fase, yaitu pertama, pada masa pembuatannya oleh Uti dan Juwita pada 1916 dan kedua ketika wajit mulai dikomersialkan pada 1936 oleh Irah anak dari Juwita.

Baca Juga: Wisata Kuliner Bandung Hits, Warung Kopi Gunung Ciwidey, Sensasi Ngopi di Alam Pegunungan

Uti dan Juwita merupakan pembuat wajit pertama di Cililin, mereka berdua memanfaatkan ‘ketan’ dari petani beras yang selalu tersisa ketika musim panen lalu membuat olahan makanan dari ketan tersebut.

Menurut Syamsul Maarif, pada 1916, makanan khas Sunda ini oleh Juwita dan Uti belum dinamakan wajit.

Pada saat itu hanya diproduksi mandiri untuk dibagikan ke keluarga dan tetangga terdekat saja, perlahan kuliner ini mulai populer.

“Beberapa kali percobaan, akhirnya, jadilah komposisi yang disebut wajit. Setelah dicoba rasanya enak, mulai diproduksi sendiri, lalu dibagikan ke keluarga dan tetangga," ujar Syamsul.

Akhirnya mulai 1916 sampai 1920, wajit semakin populer.

Syamsul mengatakan, makanan yang terbuat dari ketan, gula aren, kelapa dan dibungkus oleh daun jagung kering ini awalnya diberi nama “Wajik”, karena menurut orang Jawa makanan tersebut ada kesamaan antara komposisi dan rasa.

“Pada suatu waktu ada orang Jawa yang mencicipi makanan ini dan saat itu belum tau namanya. Orang jawa itu bilanglah gini, di daerah saya makanan ini yang terbuat sama bahannya disebut wajik," kata Syamsul.

Baca Juga: Paling Endes, Rekomendasi 5 Wisata kuliner Bandung Populer dan Legendaris, Rasanya Juara Wajib Didatangi

Ia melanjutkan, pada akhirnya makanan ini disebut “Wajit” bukan “Wajik” karena berbedanya pelafalan berbicara antara orang Sunda dan Jawa.

“Namun karena pelapalan orang Sunda sama orang Jawa beda, yang asalnya wajik jadi wajit. Nah makanan yang dibuat oleh Ibu Uti dan Juwita ini jadi wajit namanya,” ucapnya.

Karena banyak disukai masyarakat, akhirnya wajit mulai dipasarkan secara komersial pada tahun 1936 oleh Irah atau Hj. Romlah yang merupakan anak dari Juwita. 

“Ibu Irah dari 1920 sudah pintar membuat wajit karena suka ikut membantu ibunya. Tahun 1936 ternyata wajit itu banyak disukai dan semakin banyak ada di kegiatan acara masyarakat Cililin, pada 1936 wajit resmi komersil dijual secara luas,” tuturnya.

Semakin populer, wajit selalu ada dalam hidangan perkumpulan masyarakat.

Namun, perkumpulan tersebut dicurigai oleh Pemerintah Kolonial sebagai gerakan persatuan.

Karena wajit yang menjadi hidangan pada perkumpulan tersebut, Kolonial melarang peredaran wajit.

Menurutnya wajit untuk “menak” atau kalangan atas tidak cocok untuk masyarakat biasa.

“Akhirnya datanglah ke Ibu Irah, dan melarang membuat wajit, alasannya wajit tidak cocok untuk masyarakat bawah, makanan ini untuk masyarakat menengah ke atas,” tutur Syamsul.

Otomatis pasca peringatan tersebut, masyarakat banyak yang ketakutan membeli wajit.

Namun dengan kengototan Irah yang tetap ingin memasarkan wajit, Ia mengakali  dengan menjual secara sembunyi-sembunyi.

Baca Juga: Wisata Kuliner Khas Bandung yang Bikin Ngiler, Resep Seblak Ceker ala Rudy Choirudin, Gurih Pedas Gugah Selera

“Misalkan, kalau ada yang membeli sampai dianterin. Pokoknya tanggung jawab bu Irah kalau ada yang ketahuan, soalnya menurutnya itu cuman peringatan saja,” ucapnya.

Berkat kengototan dari Irah tersebut, akhirnya pemerintah kolonial memperbolehkan dan akhirnya wajit dikenal banyak orang hingga sampai saat ini.

Popularitas Wajit tidak hanya di Bandung saja bahkan sampai melebar luas keluar daerah.***

 
 

Editor: Fasya Askanti

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler