Galih Donikara dari Eiger Beberkan Kunci Keberhasilan Strategi Zero Waste di Gunung Kembang Wonosobo

29 Agustus 2023, 09:21 WIB
Manajer Eiger Adventure Service Team (EAST), Galih Donikara yang mengapresiasi strategi zero waste di Gunung Kembang Wonosobo, ia beberkan apa yang jadi kunci keberhasilan tersebut pada acara Journalist Camp PRMN x Eiger di Sari Ater Campervan Park, Subang, Kamis 24 Agustus 2023. /Feby Syarifah - GalamediaNews/

GALAMEDIANEWS – Manajer Eiger Adventure Service Team (EAST), Galih Donikara sangat antusias dan memuji strategi zero waste yang diterapkan di Gunung Kembang, Wonosobo. Menurutnya ada hal krusial yang menjadi kunci keberhasilan mengapa upaya yang dilakukan petugas pengelola berhasil selama 4 tahun terakhir.

 

Galih Donikara mengatakan, Gunung Kembang Wonosobo merupakan salah satu destinasi wisata hiking yang memiliki strategi zero waste paling ampuh dan bisa dijadikan rujukan bagi pegunungan lainnya yang kerap dikunjungi wisatawan dan juga pendaki.

Strategi zero waste di Gunung Kembang Wonosobo menurut pendaki senior yang bergabung dengan Eiger tersebut menjadi contoh yang bisa diterapkan juga di gunung-gunung lain di Indonesia, termasuk di Jawa Barat.

Sebab Galih Donikara menilai, banyaknya sampah di kawasan gunung di Indonesia menjadi salah satu permasalahan yang tak kunjung selesai, meskipun banyak aktivis dan organisasi pecinta lingkungan yang menyuarakan hal ini.

Pendaki senior dari Eiger itupun membeberkan kunci keberhasilan yang wajib dilakukan, jika ingin mewujudukan kondisi zero waste di pegunungan Indonesia sebagaimana yang diterapkan oleh petugas dan pengelola Gunung Kembang Wonosobo.

“Gunung Kembang itu tegas dan konsisten pos pendakinya, da pendaki mah kumaha petugas pos atuh,” ujar Galih Donikara atau yang akrab disapa Kang Galih saat menjadi narasumber di acara Journalist Camp PRMN x Eiger 2023 di Sari Ater Campervan Park, Ciater, Subang, Kamis 24 Agustus 2023.

Baca Juga: Khansa Syahlaa, Brand Ambassador Eiger yang Telah Mendaki 83 Gunung, Bagikan 9 Tips Ini untuk Pendaki Pemula

 

Ia mengatakan bahwa di Gunung Kembang itu aturannya sangat keras bagi para pendaki terkait permasalahan sampah.

“Gunung Kembang Wonosobo itu sangat keras aturannya, jangan mengotori! Dan penegakkannya sangat ketat, denda Rp 1.025.000,- untuk sekecil apapun sampah yang dibuang. Semua dicatat, naik bawa apa, turun sampahnya seperti apa. Kalau kurang ya denda,” kata pria kelahiran 19 Agustus itu menambahkan.

Ketika akan mendaki ke sana, maka para pendaki akan diberikan beberapa treatment terlebih dahulu, seperti aklimatisasi dan juga pemeriksaan barang bawaan dan perbekalan.

Kang Galih mengatakan, pendaki Gunung Kembang itu datang dari mana-mana yang tentunya telah menempuh perjalanan jauh dan melelahkan. Jadi, dikasih kesempatan untuk istirahat atau aklimatisasi.

“Di saat aklimatisasi, dibongkarlah perlengkapannya. Menginap atau tidak, mana tendanya, bagaimana rangkanya, diperiksa oleh petugas semua itu. Lalu perbekalannya yang mengandung sampah dicatat. Ketegasan itu yang penting, dan selama 4 tahun mereka konsisten,” katanya menegaskan.

Ketegasan itupun diikuti oleh petugas pengelola Gunung Merbabu via Selo, yang juga memeriksa pendaki sebelum naik. Lalu Gunung Argopuro dari Jember juga melakukan hal yang sama.

“Gunung Gede Pangrango (Jawa Barat) belum sepenuhnya. Kuncinya sebenarnya tegas dan konsisten di pos pendakian, pengawas pos pendakian yang melarang. Jadi jangan sekedar mengejar banyaknya pendapatan dari pendaki yang datang dan bayar tiket sehingga pendapatan bertambah. Nah, Gunung Kembang itu berani populer. Dan begitu sekarang populer, banyak pendaki penasaran, bener enggak sih sebersih dan seketat itu,” kata Kang Galih lagi.

 

Selain itu, kunci keberhasilan lain yang juga wajib diterapkan adalah memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya para pendaki, agar mereka memahami dan memiliki kesadaran mengenai zero waste di atas gunung.

“Orang kita tuh kalau naik gunung, bayarna teh hayang murah tapi merasa memiliki gunung itu, sudah membeli gunung. Merasa bayar tiket 50 ribu misalnya, ah bebas we buang sampah,” ucap Kang Galih lagi.

Oleh karena itu, edukasi juga penting bagi para pendaki agar mereka memiliki kesadaran untuk memisahkan antara sampah organik dan anorganik yang sulit terurai.

“Gunung Kembang itu bukan tentang sampah organik dan anorganik, tapi tentang kotor dan bersih. Bekas makan kita, nasi itu organik. Jika dibuang tentu akan terurai. Nah, menuju terurai itu butuh waktu berapa lama? Akan bau busuk, mengundang lalar dan yang lain-lain,” ucap Kang Galih yang pernah mengikuti Ekspedisi 28 gunung di Indonesia dan Ekspedisi Black Borneo.

Kang  Galih sendiri merupakan salah satu pegiat alam asal Bandung yang mempunyai segudang pengalaman mendaki gunung di Indonesia dan dunia.

Dia merupakan salah satu orang Indonesia yang pernah mendaki puncak tertinggi di dunia, yakni Gunung Everest di Himalaya (Nepal) dalam Ekspedisi 7 Summits Indonesia.

Zero Waste di Gunung Butuh Pendekatan Politis

 Baca Juga: EIGER Bergerak ke Arah Sustainable Product, Simak Kata Kang Oki Terkait Perkembangan dan Target 2025

Sementara itu, melansir dari laman Jurnal Unpad, dosen Departemen Ilmu Politik FISIP Unpad, Mustabsyirotul Ummah yang menaruh perhatian pada kajian politik lingkungan juga mengatakan hal yang senada dengan Galih Donikara.

Menurutnya, persoalan sampah di tempat wisata bukan hanya disebabkan oleh para pendaki atau pengunjung, tapi juga kurang baiknya penanganan sampah oleh pengelola lokasi-lokasi wisata alam.

Jika dilihat dari perspektif lebih luas atau secara makro, maka terkait juga dengan pengelolaan lingkungan oleh pemerintah.

Itulah mengapa gerakan yang dilakukan oleh para aktivis lingkungan dan berbagai kelompok pecinta alam kurang berdampak signifikan karena yang mereka hadapi juga persoalan politik dan pemerintahan.

Dan gerakan aktivis dalam memberi edukasi untuk menyadarkan masyarakat tentang permasalahan sampah, perlu dibarengi dengan pendekatan politis.

 

Itulah strategi dan kunci keberhasilan strategi zero waste oleh pengelola Gunung Kembang Wonosobo, yang mendapat apresiasi positif Manajer Eiger Adventure Service Team (EAST), Galih Donikara.***

 

Editor: Feby Syarifah

Sumber: Liputan

Tags

Terkini

Terpopuler