Hari Isra Miraj, Membumikan Makna Sebenarnya Perjalanan Suci Nabi Muhammad SAW

8 Februari 2024, 10:45 WIB
Ilustrasi Peristiwa Isra Mi’raj./Freepik./pikisuperstar /

GALAMEDIANEWS – Isra Miraj merupakan dua perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam. Kejadian ini menjadi salah satu peristiwa penting bagi umat Islam. Karena, pada peristiwa ini Nabi Muhammad saw mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.

Isra Miraj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah, sebelum Rasulullah saw hijrah ke Madinah. Isra Miraj merupakan perjalanan suci yang bukan sekadar perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Peristiwa ini menjadi perjalanan bersejarah sekaligus titik balik bagi kebangkitan dakwah Rasulullah saw.

Baca Juga: Jelang Pemilu 2024 Harga Emas Antam Alami Kenaikan

Jika perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Miraj menjadi puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil).

Peristiwa Isra Mi'raj terbagi dalam dua peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad saw “diberangkatkan” oleh Allah swt dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi'raj Nabi Muhammad saw dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini, Nabi mendapat perintah langsung dari Allah swt untuk menunaikan salat lima waktu.

Terdapat beberapa hikmah dibalik peristiwa mengapa Rasul diperjalankan ke Masjidil Aqsa dan tidak langsung saja ke langit, yaitu:

Baca Juga: Timezone Summarecon Mall Bandung, Rekomendasi untuk Hiburan Keluarga

1. Nabi Muhammad adalah satu-satunya Nabi dari golongan Ibrahim AS yang berasal dari Ismail AS, sedangkan Nabi lainnya adalah berasal dari Ishaq AS.

Hikmah lainnya adalah, bahwa Nabi Muhammad berdakwah di Makkah, sedangkan Nabi yang lain berdakwah di sekitar Palestina. Kalau dibiarkan saja, orang lain akan menuduh Muhammad saw sebagai orang yang tidak ada hubungannya dengan “golongan” Ibrahim dan merupakan sempalan.

Bagi kita sebagai muslim, tidaklah melihat orang itu dari asal usulnya, tapi dari ajarannya.

2. Allah ingin memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya kepada Nabi saw. Pada Al Qur'an surat An Najm ayat 12, terdapat kata “Yaro” dalam bahasa Arab yang artinya “menyaksikan langsung”. Berbeda dengan kata “Syahida”, yang berarti menyaksikan tapi tidak mesti secara langsung.

Baca Juga: Tidak Hanya Hook, Perhatikan Beberapa Hal ini Kalau Konten Jualanmu Ingin Mendapat Banyak Penonton

Allah memperlihatkan sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya itu secara langsung, karena pada saat itu dakwah Nabi sedang pada masa sulit, penuh duka cita. Oleh karena itulah pada peristiwa tersebut Nabi Muhammad juga dipertemukan dengan para nabi sebelumnya, agar Muhammad saw juga bisa melihat bahwa mereka pun mengalami masa-masa sulit, sehingga Nabi saw bertambah motivasi dan semangatnya.

Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini.*** (Ranti Febrianti./job)

Editor: Lucky M. Lukman

Sumber: Kemenag

Tags

Terkini

Terpopuler