“Tujuannya selain menambah sensasi di mulut, mereka (perokok) bisa ada alternatif psikologis di mulut yang mampu mengalihkan aktivitas di mulut dari keinginan merokok,” ujarnya.
Produk lozenges tersebut diberni nama “Kokro” yang merupakan pembalikan suku kata dari morfem “rokok”. Rifky menjelaskan, pengubahan suku kata pada rokok menjadi “Kokro” memiliki harapan bahwa produk in mampu mengembalikan kesehatan manusia seperti sedia kala sebelum kecanduan merokok.
“Filosofinya dibalik dengan harapan bisa mengembalikan fitrah manusia sebagai makhluk yang sehat,” kata Rifky.
Kandungan citysine pada Kokro disesuaikan dengan kandungan pada tablet cytisine yang dijual di Eropa, yaitu 1,5 miligram. Karena itu, konsumsi “Kokro” memiliki dosis tersendiri.
Tidak hanya untuk perokok, “Kokro” juga bisa dikonsumsi oleh non-perokok atau perokok pasif, utamanya untuk menghindarkan nikotin pada tubuh.
Baca Juga: Spesifikasi Lengkap Laptop Merah Putih untuk Pelajar yang Habiskan Dana Rp 17.42 Triliun
Didanai Ditjen Dikti
Produk “Kokro” dikembangkan sebagai bentuk implementasi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Produk ini berhasil didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) untuk kategori PKM-Kewirausahaan.
Rifky menargetkan, permen “Kokro” akan mulai meluncur ke pasaran awal Agustus mendatang. Masyarakat bisa memesan produk tersebut melalui akun instagram @kokro.id. Harga yang dipasarkan pun relatif murah, yaitu Rp25.000 per kemasan. Setiap kemasan berisi 8 butir lozenges. ***