Kiamat Terjadi, Ahli Astronomi Sebut Matahari Membengkak Hingga 100 Kali Lebih Besar

- 14 September 2021, 09:15 WIB
Ilustrasi. Matahari diprediksi ilmuwan bakal membengkak hingga 100 kali dari ukuran saat ini.
Ilustrasi. Matahari diprediksi ilmuwan bakal membengkak hingga 100 kali dari ukuran saat ini. /Pixabay/Myriams-Fotos

GALAMEDIA - Kiamat di Bumi adalah sebuah keniscayaan. Meski tak bisa diramalkan, ilmuwan telah menemukan petunjuk terkait itu.

Petunjuk didapat dari L2 Puppis, bintang seperti Matahari yang sekarang berusia 10 miliar tahun.

Seperti halnya L2, lima miliar tahun dari sekarang, Matahari diprediksi akan mati. Setelah kehabisan bahan bakar hidrogennya, Sang Surya akan mulai membakar unsur-unsur yang lebih berat dalam inti fusinya.

Saat proses itu terjadi, Matahari akan 'bengkak', ia juga bakal memuntahkan sebagian besar material pembentuknya ke angkasa melalui angin bintang (stellar winds) yang berembus kencang.

Bayangkan, Matahari kemudian akan mengembang sekitar 100 kali lebih besar dari saat ini, menjadi apa yang dikenal sebagai 'raksasa merah'.

Baca Juga: Matahari Terbit dari Barat Jadi Salah Satu dari 10 Tanda Kiamat, Lalu Apa Sebelum dan Setelahnya Kejadian Itu

Ekspansi dramatis tersebut akan membuat dua planet terdekat, Merkurius dan Venus jadi 'tumbal'.

Lantas, apa yang akan terjadi pada Bumi? Apakah planet manusia --yang merupakan planet ketiga dari Matahari -- akan menemui nasib yang sama seperti Venus dan Merkurius yang ditelan lautan plasma super-panas?

Atau mungkin Bumi akan lolos dari tahap paling mengerikan dari pergolakan kematian itu dan terus mengorbit ke bintang katai merah yang tersisa dari Matahari?

"Kita sudah tahu bahwa Matahari akan membesar dan kian terang (saat memasuki fase raksasa merah). Kondisi tersebut mungkin akan menghancurkan segala bentuk kehidupan dalam planet kita," kata Profesor Leen Decin, dari KU Leuven Institute of Astronomy dalam pernyataannya, seperti dikutip dari situs sains Space.com.

Dengan kata lain, manusia, hewan, dan tanaman lenyap. Bumi tak lagi biru. Yang tersisa tinggal intinya saja. Kering kerontang.

Lewat L2 Puppis, para ilmuwan melihat sekilas gambaran masa depan dan bagian kunci siklus hidup bintang yang mirip Matahari.

Baca Juga: Badai Matahari Bisa Sebabkan Kiamat Internet Diragukan, Kabel Laut Lebih Aman dari Pemancar Elektromagnetik

Jika Sang Surya menemui akhirnya, maka Bumi mungkin tak akan tenggelam dalam neraka yang menggelegak dalam bentuk bintang yang bengkak itu. Namun, kehidupan tak akan tersisa di planet manusia.

Yang tertinggal dari Bumi adalah inti batu yang telah terkelupas dan terpanggang hebat. Mungkin, itulah gambaran kiamat bagi planet manusia.

Stephen Hawking yang juga merupakan seorang ahli fisikawan terkenal memprediksi bumi akan menjadi bola api di tahun 2600
Stephen Hawking yang juga merupakan seorang ahli fisikawan terkenal memprediksi bumi akan menjadi bola api di tahun 2600

Sementara itu semasa hidupnya Fisikawan dan ahli kosmologi terkenal Stephen Hawking mengatakan, manusia akan mati dalam waktu kurang dari 600 tahun ketika Bumi begitu padat, sehingga konsumsi energi berlebih akan membuat planet ini merah.

Hawking berbicara tentang hal ini Tencent WE Summit Beijing pada November2017, di mana para ilmuwan bertemu dari seluruh dunia untuk berbagi ide tentang masa depan Bumi dan manusia.

Dalam kesempatan itu, ia mengatakan, "Pada tahun 2600, populasi dunia akan berdiri bahu-membahu, dan konsumsi listrik akan membuat Bumi panas membara".***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x