Bedakan Suara Hati dengan Bisikan Setan, Menurut Ustadz Hanan Attaki

- 8 Januari 2022, 20:51 WIB
Ustadz Hanan Attaki.
Ustadz Hanan Attaki. /Tangkap Layar Instagram/@hanan_attaki/

GALAMEDIA – Kita sering mendengar akan nasihat dari seseorang yang menyuruh untuk mengikuti suara hati.

Namun kita jangan langsung menurut begitu saja, akan tetapi kita harus pahami dulu dengan benar apa itu suara hati. Jangan-jangan itu adalah bisikan setan.

Karena setan akan selalu menyuruh umat manusia ke jalan yang salah sampai hari kiamat. Itu janjinya. Maka dari itu kita harus bisa membedakan mana suara hati dan mana bisikan setan.

Baca Juga: Sriwijaya Air SJ182 Rute Jakarta-Pontianak Jatuh di Kepulauan Seribu, 62 Orang Tewas pada 9 Januari 2021

Dalam tayangan video yang diunggah kanal YouTube Hanan Attaki pada 12 September 2019, Ustadz Hanan Attaki memberitahu kepada kita cara membedakan suara hati dengan bisikan setan.

Menurutnya, ada istilah "istafti qolba, tanya kepada hatimu." Hati yang kayak gimana yang bisa bersuara untuk kita sehingga kita bisa mengikutinya?

Pertama hati yang sudah mengerti agama, karena pemahaman agama dalam islam tempatnya ada di hati. Ada seorang ulama mengatakan "al fikru fikrul kulub, pemahaman itu pemahaman hati."

Orang yang mempunyai pemahaman di hati, ialah orang sholeh. Orang yang berilmu, dia bisa istafti qolba, dia ikuti kata hatinya, karena dia beriman.

Baca Juga: Akhirnya Terungkap! Ini Nama Putra Pertama Lesti Kejora dan Rizky Billar

Tapi jika orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit, maka dia tidak akan bisa mengikuti kata hatinya.

Darimana kita tahu hati kita berpenyakit?

Pertama ilmu kita terbatas, dan yang kedua kita merasa masih banyak dosa. Jadi tidak bisa mengikuti kata hati, tapi ikuti kata ulama.

Sampai kita di level tertentu yang nanti hati kita bisa menjadi panduan dalam hidup kita, disitulah baru kita bisa mengikuti kata hati.

Baca Juga: Menggemaskan! Ini Wajah Baby L Anak Lesti Kejora dan Rizky Billar

“Para sahabat bisa istafti qolba. Tapi kalau kita sepertinya belum selevel istafti qolba, masih di level istafti ulama yaitu mengikuti kata atau pendapat ulama,” terang Ustadz Hanan Attaki.

“Kalau kita mengikuti kata hati kita, itu belum tentu benar. Karena ada orang yang selama ini berbuat dosa, dengan dalih mengikuti kata hatinya. Tetapi kata hatinya menyuruh kepada dosa. Ini berbahaya karena hatinya punya penyakit. Misal penyakitnya sombong dan gengsi,” lanjut penjelasan Ustadz Hanan.

Orang yang gengsi kalau mengikuti kata hatinya akan susah mengakui kebenaran. Karena dia gengsi mengakuinya. Maka tidak bisa mengikuti kata hatinya, harus mengikuti ulama.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x