Ada 5000 penari (generasi) dengan semangat dan tanpa pamprih para pelatih di 114 sanggar tari berjibaku mengajarkan, menjabarkan dan menerapkan Tari Goyang Mamarung Karya Mas Nanu Munajat kepada anak-anak didiknya.
Baca Juga: Tahukah Anda? Gado-gado Ternyata Dipengaruhi Budaya Portugis
"Ketika wabah terjadi pernahkan dilirik dan dipikirkan? Cukup dengan mohon bersabar.
Bagaimana dengan para seniman yang melibatkan segelintir orang dalam melakukan pertunjukannya? Mereka mendapatkan tempat khusus sehingga menjadi prioritas," kata penggiat seni bajidor ini.
Rasa prihatin pun disampaikan Neneng dari Sanggar Tari Bina Manggala Jakarta. Ia mengatakan dunia seni sampai saat ini masih mengambang karna kondisi saat ini.
"Saya meminta pada pemerintah bahwa kami sangat rindu untuk beraktivitas seperti biasanya, bukan hanya dari segi materi saja yang berdampak dari segi pelestarian budaya yang sudah di batasi," katanya.
"Saya berharap pemerintah untuk mempertimbangkan kepada Sanggar- sanggar agar bisa beraktivitas seperti biasanya," tambahnyya.
Baca Juga: Jakarta Terapkan PPDB Jalur Usia, Ternyata Sesuai Permendikbud
Sementara Kirana seorang pelatih tari dari sanggar Purwa Kirana menyebutkan, selama ini pemerintah selalu menggunakan tarian tradisional dalam berbagai even nasional maupun internasional.
"Tapi kenapa eksestensi seniman tradisional masih tidak diperhatikan, malah dimatikan?" tanyanya.
Ia pun mengaku, akibat pandemi Covid-19 ini, banyak sanggar tari mati suri karena tidak ada yang latihan. Selain itu orangtua siswa banyak pula yang nganggur.