Mengapa Penamaan Kuliner di Tataran Sunda Cenderung Unik, Kreatif dan Diulang-ulang?

- 14 Februari 2023, 21:13 WIB
Cireng bumbu rujak, jajanan khas Bandung.
Cireng bumbu rujak, jajanan khas Bandung. /tangkapan layar Youtube Atha Naufal/

Ia mengatakan, untuk makanan tradisional belum diteliti lebih lanjut karena perlu mendalami terkait sejarahnya.

Elvi mengatakan nama makanan orang Sunda berasal juga dari pengulangan.
“Orang Sunda ini lucu mereka memberikan namanya itu selalu diulang-ulang jadi ada reduplikasi misalnya Bala-bala. Bala-bala itu kan kalau dalam bahasa Sunda bala sesuatu hal yang tidak rapi, tidak bersih. Mengapa tidak rapi dan tidak bersih karena di dalam makanan itu kan berbagai sayuran yang diramu menggunakan tepung gitu ya kemudian digoreng dan bentuknya pun tidak misalnya bulat atau lonjong atau apa tapi betul-betul apa adanya gitu,” tuturnya.

Selain itu, ia berujar terdapat reduplikasi di awal silabel misalnya pada kata makanan rarawuan.

“Sebetulnya gorengan bentuknya kan, jadi ini tepung di dalamnya ada kacang-kacangan gitu ya rawu itu diambil dari kata dirawu, dirawu itu diambil segenggam. Nah, jadi kemudian begitu saja lalu digoreng jadi mengalami afiksasi jadi rawu di-nya hilang karena dirawu itu verba ditambahkan namanya pengulangan silabel awal ra itu adalah sufiks”, ujar Elvi.

Baca Juga: Sinopsis Film Baby Driver, Bioskop Trans TV Malam Ini: Aksi Ansel Elgort yang Terlibat dalam Perampokan Bank

Adapun kudapan seperti dorokdok namanya terinspirasi dari bunyi ketika dimakan dan dari segi bahasa disebut onomatope yaitu apa yang terdengar itu lah yang disampaikan.

Kearifan lokal kuliner Sunda

Elvi menjelaskan, orang Sunda termasuk kreatif dan unik namun tidak meninggalkan akarnya dan terkenal karena sisi humorisnya. Alhasil, nama-nama makanannya pun tidak terlalu serius tapi justru malah diingat.

Dosen FIB ini menambahkan, dari segi konsonan dan vokal penamaan kuliner Sunda ternyata memiliki nilai filosofis.

“Tidak hanya berdasarkan pengumpulan kata berdasarkan akronim saja tapi ada sesuatu dibalik itu ada kognisi berpikir masyarakat Sunda di dalamnya yang menghasilkan lebih pada local valuenya,” ujar Elvi.

Ia mengatakan, jika ingin menjaga kelestarian budaya lokal perlu adanya dokumentasi. Jika tidak, nantinya dapat diklaim dengan mudahnya oleh bangsa lain.

Halaman:

Editor: Shiddik Zaenudin

Sumber: Youtube Unpad


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah