Pertama, orang-orang dengan temperamen Romantik merasa ketinggalan sangatlah menyakitkan. Mereka percaya di luar sana ada tempat orang-orang sukses dengan baju dan sepatu mahal berkumpul. Mereka cenderung terobsesi dengan liburan cantik, Instagramable, makanan-makanan mewah dengan tampilan memukau, barang-barang branded yang dipakai artis-artis.
Kedua, Klasik, mereka tidak terpukau dengan kemewahan. Orang klasik bisa merasakan Fomo. Namun, bentuknya berbeda. Mereka takut kehilangan momen berkumpul bersama keluarga, teman, belajar hal baru, menikmati sejuknya alam dan paling penting mengenal diri sendiri.
Begini Cara Sehat Bermedia Sosial
Sadarilah apa yang terlihat di media sosial tidak berbanding lurus dengan tingkat kebahagiaan seseorang. Dikutip Galamedia News dari @adimasnuel “Tak perlu iri, kita punya sepi sendiri-sendiri. Jika hidup orang tampak meriah, itu karena sepi dirayakan dengan mewah.”
Biasanya orang Fomo cenderung memeriksa media sosial teman atau keluarga secara berulang-ulang demi tidak ketinggalan. Penelitian mereka merasa kesepian, terisolasi, rendah diri, negatif, kurang mencintai diri sendiri lebih rentan kena cemas ini.
Salah satu cara mengurangi dampak Fomo dalam diri adalah dengan memberikan afirmasi positif. Misal dari pada mengeluh “Aduh, kenapa saya nggak bisa pergi liburan seperti si A, sih?” ubahlah “Aku sekarang berada di rumah, menikmati secangkir kopi hangat, desir angin yang sejuk mengisi paru-paru, mengenakan baju bersih dan ditemani cemilan sore yang menyenangkan”.