Network
GALAMEDIANEWS - Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi kadar gula dalam darah yang tinggi akibat kerusakan pada insulin, hormon yang mengatur regulasi gula pada tubuh.
DM Tipe II merupakan tipe diabetes yang paling sering terjadi, dimana penderitanya akan mengalami resistensi insulin. Resistensi insulin ini dapat mengakibatkan hiperglikemia kronik yang berhubungan dengan kerusakan pada beberapa organ tubuh seperti pembuluh darah dan jantung yang dapat menyebabkan kematian.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi penyakit DM di Indonesia berdasarkan diagnosis dokter pada umur diatas 15 tahun sebesar 2%.
Baca Juga: Penyuluhan Tentang Penyakit Jantung Koroner, Kolaborasi Fak Kedokteran Unjani dan RS Dustira, Cimahi
Prevalensi ini menunjukkan peningkatan dibandingkan pada tahun 2013 yaitu sebesar 1,5%. Di Jawa Barat, prevalensi penyakit DM berdasarkan diagnosis dokter pada umur diatas 15 tahun sebesar 1,7%.
Sedangkan kasus DM di Kota Bandung berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Bandung pada tahun 2020 sebanyak 50.646 kasus. Dalam 2 dekade terakhir, peningkatan prevalensi defisiensi vitamin D banyak dilaporkan baik oleh negara maju dan negara berkembang, di Indonesia,
Baca Juga: Jadwal Libur Sekolah Desember 2023 di Provinsi Jawa-Bali dan Tanggal Libur Akhir Tahun 2024
35.1% lansia yang tinggal di panti sosial mengalami defisiensi vitamin D. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kadar vitamin D yang optimal memainkan peran penting dalam memodifikasi risiko diabetes melitus.
Untuk itulah, tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran yang didukung oleh LPPM Unjani pada 15 Oktober 2023 melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Gedung PGRI Caringin Kota Bandung dengan melaksanakan skrining penyakit DM Tipe II melalui pemeriksaan kadar gula darah puasa, pemeriksaan kadar vitamin D, dan melakukan edukasi hubungan penyakit DM Tipe II dengan kadar vitamin D kepada masyarakat.
