Network
GALAMEDIANEWS - Rumah kolonial Belanda terkenal dengan ciri khas keindahan arsitekturnya. Selain itu, tahan lama. Namun, di balik hal tersebut, kejadian angker cukup sering terjadi di rumah ini.
Esih, wanita pernah tinggal di salah satu rumah kolonial Belanda, mengungkapkan beberapa kejadian angker yang seringkali muncul di rumahnya. Salah satunya beberapa orang yang datang ke rumahnya melihat wanita memasak di dapur.
Padahal, di rumah, hanya ada ia dan suaminya. "Orang-orang datang ke sini, ada yang lihat wanita pakai pakaian koki di dapur, lagi masak. Padahal, hanya ada saya dan suami," tuturnya. Wanita berusia 60 tahun ini tinggal di salah satu rumah kolonial Belanda di Bandung selama hampir 30 tahun.
"Itu siapa yang masak di dapur? Banyak yang bertanya itu. Orangnya mirip bule. Ternyata rumah ini dulunya, dapat info dari anak saya, kalau pas Belanda menjajah Indonesia, rumah ini dulunya gudang makanan dan dapur," tambahnya.
Selain kemunculan sosok tersebut, Esih menyebutkan sosok-sosok lainnya sering juga muncul. "Ada anak kecil lari-lari di halaman, duduk di kursi, ada dua atau tiga anak, kata (tamu) yang datang. Saya belum pernah lihat ada anak kecil."
Kejadian angker lainnya yaitu munculnya jejak suara kaki sekitar tengah malam. "Jam satu, jam dua malam, ada suara itu. Cukup keras dagdeg dagdeg di tengah rumah. Teman-teman saya yang tinggal di rumah Belanda sering juga dengar," tuturnya.
Baca Juga: Bangunan Kolonial Belanda Kokoh Karena Sesuai Iklim Indonesia
Kejadian angker lainnya yang bisa saja membuat bulu kuduk berdiri yaitu adanya munculnya sosok seram di cermin. "Ada temannya suami, nggak berani lihat cermin katanya ada makhluk gaib disitu. Teman suami ada banyak yang gitu, ada makhluk aneh disitu cermin. Katanya rambutnya panjang, ini sampai yang teriak," tuturnya.
Bahkan diantara orang-orang yang datang ke rumahnya, Esih menyebutkan ada yang melihat penampakan sosok seram. "Ada yang pernah lihat penampakan di depan kamar mandi, ada juga di kamar. Tapi yang sering di depan kamar mandi. Yang lihat kapok nggak mau ke sini lagi,. Waktu itu pernah ke sini tapi diam di luar," tutur Esih.
Baca Juga: Sejarah Perlombaan 17 Agustus, Mengandung Makna dan Filosofi Sejak Era Kolonial Belanda
