Bedanya Media Mainstream dengan Media Non Mainstream, Salah Satunya Hal Etika

- 29 Januari 2024, 14:35 WIB
Koran, Salah Satu Media Mainstream yang Pernah Populer / pixabay @ niekverlaan
Koran, Salah Satu Media Mainstream yang Pernah Populer / pixabay @ niekverlaan /

GALAMEDIANEWS - Ditinjau dari karakter informasi dan cara media menyajikannya, media dapat dibagi menjadi dua. Yaitu, media mainstream (arus utama) dan non mainstream. 

Nah, apa beda keduanya? Kang Don, seorang kreator konten, memaparkan perbedaan keduanya. Kang Don menyebut media mainstream menyajikan berita yang hangat dibicarakan. Bahasa yang digunakannya pun sopan dan halus

“Informasi yang lagi hangat diberitakan. Ciri kentara lainnya yaitu bahasanya sopan dan halus sehingga menghindari konflik. Ini juga biasanya di media mainstream sudah ada verifikasinya dari Dewan Pers. Jadi ada etikanya, ini etika jurnalistik,” jelas pria yang terjun menjadi kreator konten sejak tahun 2014 ini.

Sedangkan media non mainstream menyajikan informasi yang berani. Terkadang juga bukan menyajikan informasi yang hangat.

“Kalau mau informasi yang berani, buka saja media non mainstream. Tapi, jangan langsung percaya begitu saja ya kalau ada informasi baru. Kita yang harus aktif untuk verifikasi. Kalau yang dari mainstream, sudah dapat dipastikan seharusnya benar informasinya,” tuturnya.

Kang Don memberikan beberapa contoh media non mainstream. “Podcast itu bisa jadi contohnya. Tapi ada juga podcast yang dari media mainstream. Channel informatif YouTube termasuk juga, selain yang dari mainstream. Website yang isinya satire garis keras bisa juga,” jelasnya.

Terkait latar belakang kemunculannya, Kang Don menyebutkan hal tersebut disebabkan oleh kebebasan mendapatkan informasi “Di zaman kebebasan informasi, mendorong banyak munculnya media yang non mainstream. Ini pun jadi peluang bisnis segar,” katanya.

Bila media mainstream sangat menjunjung tinggi etika, media non mainstream adalah kebalikannya. Dengan kata lain, cenderung kurang mengedepankan etika. Informasi dianggap lebih penting.

“Makanya kalau di kebanyakan Podcast sering ada percakapan kata-kata kasar yang sebenarnya nggak diperkenankan di media mainstream. Ini juga nggak ada verifikasi dari Dewan Pers. Jadi etika jadi dinomorduakan, informasi yang lebih utama,” tuturnya.

Meskipun menggunakan bahasa yang sopan dan halus, tak lantas media mainstream tak bisa sama sekali mengkritisi. “Bisa mengkritik. Tapi, dengan bahasa halus dan sopan sehingga nggak menyinggung pihak yang dikritik. Bisa juga pakai karikatur, tapi gambarnya masih halus,” tuturnya.

Terkait mana yang lebih baik diantara keduanya, keduanya menjalankan peran tersendiri. Kang Don menyebut kehadiran media non mainstream bisa melengkapi media mainstream yang sudah ada terlebih dahulu. 

“Media non mainstream memberikan lebih banyak sudut pandang dan informasi baru. Cara menyajikannya juga bisa luwes. Tapi, jangan lupa verifikasi ya. Kalau yang mainstream seperti ibarat bacaan pengantar. Kalau mau lebih detail, larinya ya ke situ,” jelas Kang Don.

Demikian, perbedaan media mainstream dengan media non mainstream. Keduanya memang berbeda. Untuk semakin memperkaya wawasan kita, keduanya memang perlu selalu untuk kita simak.***

Editor: Nadya Kinasih


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah