Malu Sebagian dari Iman: Ini 5 Rasa Malu yang Harus Dipertahankan dalam Ajaran Islam

- 13 November 2020, 15:43 WIB
Rasa Malu Sebagian dari Iman. Foto Ilsutrasi /pixabay
Rasa Malu Sebagian dari Iman. Foto Ilsutrasi /pixabay /

Syekh Muhammad Al Ghazali berkata dalam bukunya Khuluq Al Muslim, menerangkan hadis tersebut.
“Bila seorang tidak mampunyai rasa malu dan amanah, ia akan menjadi keras dan berjalan mengikuti kehendak hawa nafsunya. Tak peduli apakah yang harus menjadi korban adalah mereka yang tak berdosa. Ia rampas harta dari tangan-tangan mereka yang fakir tanpa belas kasihan, hatinya tidak tersentuh oleh kepedihan orang-orang lemah yang menderita. Matanya gelap, pandangannya ganas. Ia tidak tahu kecuali apa yang memuaskan hawa nafsunya. Bila seorang sampai ke tingkat prilaku seperti ini, maka telah terkelupas darinya fitrah agama dan terkikis habis jiwa ajaran Islam.” (Khuluq Al Muslim, hal. 171)

Demikian lah pntingnya rasa malu bagi manusia. Ibnu Qayyim membagi rasa malu ini ke dalam 5 kategori. Dikutip dari Ensiklopedi Akhlak Rasulullah Jilid 2 karya Syekh Muhammad Al-Mishri, berikut ini 5 kategori malu tersebut:

Baca Juga: Naskah Khutbah Jumat dengan Tema Muslim Ibarat Satu Tubuh

1. Malu bertindak jahat
Hal ini seperti yang dilakukan Wahsyi, pembunuh Hamzah ketika ia bertemu dengan Rasulullah SAW. Ia berkata:

فَكُنْتُ أَبْتَعِدُ عنْ طَرِيقِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم حيثُ كَانْ، كَيْ لا يَرَانِي حتَّى قَبَضَهُ اللهُ إلَيْهِ

“Aku selalu menghindar dari Rasulullah di mana pun beliau berada, agar beliau tidak melihatku hingga Allah memanggilnya.” (HR Al-Bukhari)

2. Malu karena merasa lemah
Malu seperti ini adalah malu yang dicontohkan para malaikat yang selalu bertasbih siang dan malam tanpa merasa bosan. Saat Hari Kiamat datang, mereka akan berkata, “Mahasuci Engkau, wahai Tuhan, kami tidaklah beribadah kepada-Mu dengan benar.”

rBaca Juga: Renungan Pagi, Ini Dia Orang Tidak Berilmu, Tidak Beragama, dan Tidak Dekat dengan Allah

3. Malu karena penghormatan
Malu jenis ini disebut juga malu karena makrifat terhadap Allah SWT. Hal ini bermakna sejauh mana makrifat seseorang terhadap Tuhannya, sejauh itu pula dia akan malu kepada-Nya. Salah satu contohnya adalah malunya Amru bin Al-Ash.

Hal itu terbukti ketika dia berkata, “Demi Allah, dulu orang yang paling aku benci adalah Rasulullah SAW. Namun, ketika aku memeluk Islam, tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai daripada beliau. Tidak ada seorang pun yang lebih terhormat di mataku kecuali beliau. Seandainya aku diminta untuk menggambarkan tentang beliau kepada kalian, niscaya aku tidak akan mampu melakukannya. Sebab, aku tak pernah memandang beliau dengan sepenuh mata lantaran aku malu kepada beliau.” (HR Ahmad 17326).

Halaman:

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah