Cegah Tindakan Ambil Paksa Jenazah Pasien Covid: Hasil Riset, Harus Ada Peran dari Tokoh Agama

- 18 November 2020, 09:35 WIB
Ilustrasi pemakaman jenazah Covid-19.
Ilustrasi pemakaman jenazah Covid-19. /ANTARA/

Dalam perspektif ajaran Islam jenazah pasien Covid-19 harus diperlakukan khusus. Hal tersebut termasuk dalam dharurah syar’iyyah atau kondisi darurat karena adanya wabah penyakit yang sangat menular dan mematikan.

Karena itu, dalam riset ini terungkap bahwa semua tokoh ulama berpendapat pemulasaraan jenazah dengan menggunakan protokol Covid-19 harus dilakukan dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya penularan penyakit.

Seluruh organisasi keislaman partisipan riset memiliki pedoman pemulasaraan jenazah tersendiri dengan memodifikasi antara nilai keagamaan yang dipegang oleh organisasi tertentu dan konsep pencegahan penyakit menular dari prosedur pemulasaraan Covid-19.

Melalui jejaring rumah sakit organisasi, mereka melatih tim pemulasaraan untuk mengikuti prosedur pemulasaraan dengan Covid-19.

Baca Juga: Jadwal Acara TV, Rabu 18 November 2020 di Trans 7, Saatnya Nonton Mata Najwa dan Opera Van Java

Dampak misinformasi
Tokoh agama berpendapat bahwa kondisi psikologis yang tidak terkendali dari keluarga jenazah dan nilai budaya yang telah mengakar di masyarakat dalam pemulasaraan jenazah memicu masyarakat untuk menolak pemulasaraan jenazah dengan prosedur Covid-19.

Hal ini diperparah dengan praktek pemulasaraan jenazah di Indonesia yang dilakukan mandiri di masyarakat yang beragam dan dipengaruhi oleh persepsi dan sumber informasi yang kurang tepat.

Banyak misinformasi yang tersebar di masyarakat dalam pelaksanaan pemakaman jenazah dengan prosedur Covid-19 di masyarakat. Misalnya, ada yang percaya bahwa masyarakat sekitar pemakaman bisa tertular virus corona jika jenazah pasien Covid-19 dimakamkan dengan protokol Covid-19 di suatu desa.

Sebuah riset terkait misinformasi Covid-19 misalnya, menyatakan hampir 20% dari 342 responden percaya bahwa berkumur dengan air garam atau cuka dapat membunuh virus. Dan 13% lainnya beranggapan virus corona tidak bisa hidup di iklim Indonesia.

Faktor misinformasi ini memungkinkan munculnya kluster baru yang berkaitan dengan rangkaian pemulasaraan jenazah.

Halaman:

Editor: Hj. Eli Siti Wasilah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x