Sejak Pandemi, Harga Kedelai Naik Produsen Tahu Tempe Menjerit

30 September 2020, 16:43 WIB
Perajin Tempe menjerit /Revy/job/

GALAMEDIA- Sektor ekonomi adalah yang paling fatal terdampak sejak pandemi. Banyak orang mengalami penurunan pendapatan bahkan kehilangan pekerjaan. Tak terkecuali para produsen tempe dan tahu di Komplek Tempe Tahu Indonesia (Kopti), Jalan Terusan Holis kota Bandung yang juga dinaungi oleh Koperasi Kopti.

Menurut salah seorang karyawan Kopti, Atep sejak pandemi, kedelai mengalami penurunan penjualan disebabkan oleh harga yang naik.

“Biasanya satu hari terjual sebanyak 5 ton kacang kedelai. Sejak pandemi permintaan konsumen jadi turun. Harga juga naik, yang awalnya Rp 6.900 jadi Rp 7.800. Produsen yang biasanya beli 1 setengah kuintal, jadi 1 kuintal,” katanya saat ditemui di gudang kacang kedelai Kopti pada Rabu, 30 September 2020.

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Keamanan Akun ShopeePay, Simak Caranya

Atep juga menambahkan bahwa kacang kedelai yang dijual merupakan impor dari Amerika bermerek Bola dan DD dengan ketahanan kurang lebih 3 minggu hingga 1 bulan.

Salah satu produsen tahu di Kopti, Iyang (45) mengatakan bahwa ia mengalami penurunan pendapatan dan penjualan sejak pandemi.

“Kedelai kan naik turun, sekarang aja harganya hampir Rp8 ribu, pendapatan berkurang lah. Sekarang sehari dapat bersih cuma Rp 300- Rp 200 ribu,” katanya.

Baca Juga: Rumah Cinta Inklusi Diresmikan, Kado Untuk Kota Bandung

Selanjutnya, produsen tahu yang berjualan di Pasar Induk Caringin ini mengatakan, tidak ada yang ia lakukan sejak harga kacang kedelai naik. Ia tetap memertahankan ukuran tahu namun dengan harga yang sama.

“Kalau (ukurannya) dikecilin susah, jadi saya tetap memertahankan ukuran tahu dengan harga yang sama. Dampaknya ya jadi untung ke sayanya lebih sedikit,” keluhnya.

Baca Juga: Pemkab Bandung Barat dan Dandim 0609 Garap Buruh Tani untuk Kelola Lahan Kosong

Senada dengan yang dikatakan Iyang, produsen tempe di Kopti yaitu Sarju (64) juga mengatakan bahwa usahanya mengalami penurunan pendapatan dan penjualan.

“Penjualan juga kurang karena daya beli masyarakat kurang mungkin karena penghsilan mereka juga berkurang. Sekarang pendapatan cuma dapat Rp 300- Rp 400 perhari. Penjualan juga awalnya 1 kuintal setengah, sekarang turun setengah kuintal. Belum lagi modal dain seperti daun juga kan sekarang mahal,” katanya

Produsen yang mulai berjualan pukul 2 dini hari ini juga mengaku bahwa untuk menyiasati harga kacang kedelai yang naik, ia mengecilkan ukuran tempenya.

Baca Juga: PSBB Proporsional Bodebek Diperpanjang Hingga 27 Oktober 2020

“Kalau saya, ukuran tempenya dikecilin lah sedikit. Tapi kan pedagang beda-beda ya, ada yang dikecilin ada yang harganya dinaikkan. Kalau saya dikecilin,” tutupnya.

Editor: Kiki Kurnia

Tags

Terkini

Terpopuler