Waspada! Mutasi Virus Corona Baru Lebih Berbahaya, Epidemiolog: Ini Ancaman Nyata

- 31 Desember 2020, 15:05 WIB
ILUSTRASI pandemi virus corona baru atau COVID-19.*
ILUSTRASI pandemi virus corona baru atau COVID-19.* //pixabay/fernandozhiminaicela

GALAMEDIA - Virus corona disebut sudah bermutasi dan kasusnya ditemukan di sejumlah negara.

Epidemilog Defriman Djafri mengingatkan semua pihak, terutama pemangku kepentingan, terkait ancaman nyata mutasi virus corona tersebut.

"Ancaman nyata tentunya mutasi jenis strain virus yang baru yang telah dilaporkan di sejumlah negara," tutur dia melalui keterangan tertulisnya, Kamis, 31 Desember 2002.

Baca Juga: Sebanyak 150 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jakarta Jelang Tahun Baru, Hari Ini Diprediksi Puncaknya

Mutasi virus corona, lanjutnya, juga sangat mungkin terjadi di Indonesia. Kemungkinan proses mutasi ini banyak faktor yang akan mempengaruhi dan menjadi pertimbangan.

Menurut Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat ini. poin utama faktor yang paling besar mempengaruhi mutasi virus tersebut adalah dari inangnya dalam mereplikasi atau berkembang biak.

"Ini menjadi tolok ukur dimana mutasi virus corona yang baru bisa lebih berbahaya dari yang sebelumnya," tambahnya dikutip dari Antara.

Baca Juga: FPI Dibubarkan, MUI: Harusnya Tidak Dipukul

Faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam pengendalian adalah tingkat penularan dan severitas terhadap kematian. Jenis varian baru yang dilaporkan dari Inggris dengan kode B117 atau disebut juga VUI202012/01 70 persen lebih menular dari varian yang sebelumnya, tetapi tidak mematikan.

Disisi lain, kecenderungan lebih tinggi menginfeksi pada anak-anak. Jenis varian lain yang juga dilaporkan adalah dengan kode D614G yang berbeda dengan B117.

Baca Juga: Ucapan Selamat Tahun Baru 2021, Cocok Dikirimkan ke Orang-orang Terdekat

Jenis D614G terletak di dalam protein yang menyusun spike virus yang digunakannya untuk masuk ke dalam sel manusia. Ini dilaporkan 10 kali lebih menular, tetapi belum tentu mematikan dibandingkan varian sebelumnya.

"Mudah-mudahan varian baru ini tidak menjadi pandemi baru ke depan," tutup Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Provinsi Sumatera Barat tersebut.***

Editor: Lucky M. Lukman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah