RI Masuki Revolusi 4.0, Dosen IISIP: Jahe Aja Impor, Gaya-gayaan Ngomong Revolusi 4.0

- 26 Maret 2021, 09:40 WIB
Jahe merah
Jahe merah /Instagram.com/@morajayatani_jahemerah


GALAMEDIA – Pemerintah Indonesia kini tengah menggiatkan program revolusi industri 4.0. Namun, sekarang ini ada banyak yang masih belum paham dengan tujuan  revolusi industri 4.0.

Program revolusi industri 4.0 sendiri bertujuan untuk menggerakkan perekonomian Indonesia masuk ke jajaran 10 besar dunia pada tahun 2030.

Hal tersebut disebabkan karena program ini dapat tingkatkan produksi dalam negeri sampai ekspor.

Menanggapi hal tersebut, Dosen Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP)  Jakarta, Cipta Panca Laksana mengaku heran dengan yang dilakukan pemerintah terkait program revolusi 4.0.

Menurutnya, penerapan program tersebut tidak sinkron dengan fenomena impor yang kian hari kian menjamur di Indonesia.

Baca Juga: DPR RI Minta Kinerja Perum Bulog Diaudit Karena Belum Mampu Menyerap Gabah dari Petani dan Menyalurkan Beras

Salah satu fenomena impor tersebut dapat dilihat dari kebijakan pemerintah terkait impor jahe.

Oleh karena itu, Panca meminta kepada pemerintah untuk fokus menangani fenomena impor tersebut terlebih dahulu sebelum mengimplementasikan program revolusi industri 4.0 secara lebih jauh ke tengah masyarakat.

“Gaya2an ngomong revolusi 4.0, tahunya jahe aja impor,” tulis Panca yang dikutip Galamedia dari akun Twitter pribadinya, @panca66, 26 Maret 2021.

Cuitan tersebut ternyata menuai beragam komentar dari warganet. Salah satunya komentar dari pemilik akun @3D1_51R3G4R_77.

“Jahe merah dan jahe lokal lebih bagus khasiatnya Kenapa mesti Import ?? apakah dgn import semua masalah selesai  ?? bagaimana dgn nasib para petani jahe kedepannya klu jahe saja mesti import ?? Slogan benci produk asing hanya manis di bibir kenyataan bertolak belakang PAHIT !!!,” tulis pemilik akun @3D1_51R3G4R_77.

Baca Juga: KLB Gelar Jumpa Pers di Hambalang, Demokrat AHY: Mereka Frustasi, Upaya Tutupi Rasa Malu

Sebelumnya,  Indonesia rupanya telah rutin mengimpor jahe pada tiap tahunnya. Nilainya capai angka ratusan miliar rupiah.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia lebih banyak menerima impor jahe utuh daripada jahe bubuk.

Sepanjang tahun 2020, keseluruhan impor jahe utuh atau yang sudah dihancurkan capai angka 19.252 ton atau seharga 16,92 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Bila dikonversikan ke rupiah, nilainya capai 243,3 miliar rupiah (kurs Rp 14.400 per dolar AS).***

Editor: Brilliant Awal


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x