Penculik Anak-anak Menjadi Taktik Perang Kelompok Bersenjata, Korban Bisa Beresiko Mengalami Kekerasan Seksual

- 9 Juni 2021, 14:19 WIB
Ilustrasi penculikan anak menjadi taktik perang kelompok bersenjata.
Ilustrasi penculikan anak menjadi taktik perang kelompok bersenjata. /

GALAMEDIA - Penculikan terhadap anak-anak menjadi taktik perang yang digunakan kelompok-kelompok bersenjata di Mozambik.

Penculikan anak ini mengakibatkan korban berisiko mengalami kekerasan seksual, pernikahan dini, dan digunakan sebagai pejuang dalam konflik yang memburuk di negara itu.

Sedikitnya sudah 51 anak diculik selama setahun terakhir dalam kekerasan yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat banyak pengungsi di wilayah utara yang dikoyak oleh pemberontakan kubu Islamis.

Baca Juga: Kabar Duka, Rektor ITERA Ofyar Z Tamin Meninggal Dunia di Usia 63 Tahun

Bahkan para pekerja bantuan mengatakan, jumlah penculikan bisa saja jauh lebih tinggi.

"Menculik seorang anak merupakan salah satu dari enam pelanggaran berat terhadap anak-anak di masa konflik, seperti yang didefinisikan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa," kata Chance Briggs, direktur badan amal Save the Children untuk wilayah Mozambik.

"Penculikan dapat berdampak langsung dan tak berkesudahan bagi anak laki-laki dan perempuan (termasuk) kematian, kekerasan seksual, eksploitasi, dan perlakuan buruk," kata Briggs kepada Thomson Reuters Foundation melalui surat elektronik.

Baca Juga: 5 Aktris Terkaya Bollywood, Priyanka Chopra Urutan 2, Siapa Posisi Pertama dengan Kekayaan Nyaris 1 Triliun?

Dilansirkan Antara, di lebih dari 20 negara yang dilanda konflik di seluruh dunia, puluhan ribu anak dipaksa menjadi tentara anak oleh angkatan bersenjata, membuat mereka menghadapi tingkat kekerasan yang ekstrem, menurut PBB.

Ketidakamanan terkait dengan pemberontakan yang berkobar di negara Afrika selatan pada 2017 telah mencerabut lebih dari 700.000 orang dari rumah mereka, dengan setidaknya setengah dari mereka yang mengungsi diperkirakan anak di bawah umur, kata Save the Children.

Dengan menganalisis data dari organisasi pemetaan krisis Proyek Data Lokasi & Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED), badan amal tersebut mengidentifikasi setidaknya 51 kasus penculikan anak yang dikonfirmasi selama setahun terakhir.

Baca Juga: Jurnal Riset Megawati Dinilai Tak Etis, Rocky Gerung Puji Soekarno Soal Kajian Akademis

Badan amal itu memperingatkan bahwa mungkin sebenarnya ada lebih banyak lagi penculikan karena kasus-kasus sering tidak dilaporkan.

Korban penculikan sering mengalami trauma lebih lanjut seperti menyaksikan pemenggalan kepala atau melihat rumah mereka dibakar, tambah badan amal itu.***

Editor: Dadang Setiawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x