Profesor Ini Ungkapkan Varian Delta asal India Miliki Gejala Berbeda dengan Varian Terdahulu, Kenali Cirinya!

- 16 Juni 2021, 18:03 WIB
Ilustrasi virus corona varian baru
Ilustrasi virus corona varian baru /Pixabay

GALAMEDIA - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Profesor Zubairi Djoerban angkat bicara soal varian Delta dari India.

Profesor Zubairi menyebutkan varian itu memiliki gejala yang mirip seperti flu biasa namun lebih menular.

Selain itu, varian Delta asal India ini juga bisa menginfeksi anak-anak lebih banyak.

Penjelasan tersebut disampaikan Prof Zubairi melalui Twitter pribadinya pada Rabu, 16 Juni 2021.

"Teka-teki Varian Delta dari India atau B1617.2 terus menjadi bahasan," kata Prof Zubairi dikutip Galamedia dari Twitternya @ProfesorZubairi, Rabu, 16 Juni 2021.

Baca Juga: Teriakan 'Matilah Orang Arab' Menggema di Pawai Orang Yahudi, Menlu Israel: Itu Bukan Orang Israel

"Mulai dari gejalanya yang mirip flu biasa, lebih menular, hingga menginfeksi lebih banyak anak-anak," tambahnya.

Prof Zubairi juga memberikan penjelasan apakah vaksin yang telah diterima bisa melindungi kita dari varian Delta.

Ketua Satgas IDI ini juga memberikan hasil datanya soal penyebaran Varian Delta terbanyak ada di daerah mana.

"Dalam catatan saya, varian ini paling banyak ditemukan di Jakarta dan Jawa Tengah. Ada 104 kasus. Untuk penelusuran, memang dibutuhkan WGS (whole genome sequence) atau sampel yang jumlahnya jauh lebih besar," kata Prof Zubairi.

Prof Zubairi menjabarkan gejala yang dirasakan saat Varian Delta berbeda dengan varian terdahulu.

"Apakah gejalanya berbeda? Ada bukti studi yang menunjukkan kalau gejala varian ini beda dengan varian jadul, seperti demam, batuk, dan kehilangan penciuman," ujarnya.

Baca Juga: Kim Jong-un Akui Korea Utara Berada di Situasi 'Genting'

Menurutnya, Varian Delta ini menunjukan gejala seperti sedang terkena flu berat.

"Varian Delta atau yang baru, gejalanya lebih banyak sakit kepala, tenggorokan dan pilek. Seperti kena flu berat," katanya.

Varian Delta lebih menular karena memiliki mutasi yang membantunya menyebar sekaligus menghindari sistem imunitas secara parsial.

"Analisis di The Lancet menunjukkan bahwa risiko masuk rumah sakit dua kali lipat pada mereka yang memiliki varian Delta--dibandingkan dengan Alpha (Inggris). Risiko juga meningkat pada mereka yang memiliki komorbid," ujar Prof Zubairi.

Dalam cuitannya itu, Prof Zubairi menyebutkan vaksin bisa melindungi kita dari varian Delta ini.

"Vaksin melindungi kita dari varian ini? Kabar baiknya iya. Studi di Inggris terhadap belasan ribu orang yang terinfeksi Delta mengungkap itu," kata Ketua Satgas IDI.

Baca Juga: Usai Diguncang Magnitudo 6,1, Maluku Diguncang 13 Kali Gempa Susulan, BNBP: Rumah Warga Mengalami Kerusakan

"Pfizer-BioNTech memberikan 96 persen perlindungan, sementara AstraZeneca memberikan 92 persen," tambahnya.

Profesor Zubairi menegaskan langkah yang harus dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk memerangi Varian Delta ini.

"Tegas, monitoring dan evaluasi secara berkala. Mari kita bahu membahu melewati keadaan ini. Tetap pakai masker dan berjarak. Bismillah," tandasnya.***

Editor: Dicky Aditya


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah