"Suami menjadi imam bagi istri dan anaknya, tidak semua juga lulus buktinya tingkat perceraian cukup tinggi," tuturnya.
Tahap ketiga adalah kepemimpinan di masyarakat maupun organisasi yang akan segera menjadi tanggung jawab para peserta pelatihan.
Kang Emil menuturkan, kepemimpinan tahap ini tidak bisa dihindarkan dari perubahan global. Salah satu yang harus diwaspadai pemimpin adalah menyadari bahwa dunia semakin kompetitif.
"Maka kalau pemimpin tidak bisa berkompetisi, bahasa Inggrisnya pas-pasan, wawasan digitalnya terbatas, ilmunya tidak di-update akan kalah dengan bangsa lain yang bergerak lebih cepat," tuturnya.
Baca Juga: Akademisi Ini Berani Ingatkan Jokowi Soal 3 Periode Hingga Sebut Indonesia Bakal 'Tidak Ada'
Selain itu, Kang Emil juga menjelaskan bahwa keberhasilan pemimpin dapat diukur oleh tiga hal. Antara lain, apakah kehadirannya mampu memberikan rasa aman, nyaman dan dinanti masyarakat.
"Maka hati-hati jadi pemimpin karena lisan atau jari kita bisa menenangkan atau malah bikin heboh dan viral yang berujung perkara," ujarnya.
Pemimpin juga harus bisa mengakselerasi kemajuan. Salah satu yang Kang Emil terapkan pada kepemimpinannya adalah inovasi digital pada reformasi birokrasi.
"Ini barangnya sudah ada dia tinggal mempercepat sesuatu yang tadinya lambat, semrawut jadi lancar, ini saya lakukan di inovasi digital dalam mereformasi birokrasi," tuturnya.
Kemudian yang paling berat menurut Kang Emil adalah kepemimpinan yang membawa perubahan dari tidak ada menjadi ada.